Di dunia fotografi, tak bisa disangsikan, bahwa kamera menjadi perangkat utama yang kehadirannya sangat dibutuhkan. Kamera layaknya kuas bagi para pelukis atau pena bagi para penulis.
Begitu pentingnya kamera bagi fotografi, membuat produksinya terus-menerus berjalan hingga berabad-abad. Kurang lebih sudah hampir tiga abad semenjak kamera komersial pertama diproduksi di abad ke-19 Masehi.
Walaupun kamera merupakan perangkat utama di dalam fotografi, tetapi banyak juga fotografer sekaligus seniman yang sama sekali tidak menggunakan kamera sebagai alat bekerjanya. Misalnya saja, Man Ray yang identik dengan Photogram atau Angki Purbandono yang bersinar melalui Scanography-nya.
Melalui produksi massal kamera, fotografi yang tadinya bersifat elitis. Hanya terbatas pada kalangan tertentu saja. Berkembang menjadi budaya massa. Fotografi bukan hanya milik kaum tertentu saja, tetapi sudah menjadi milik semua orang.
Sejak Kodak memproduksi kamera compact murah yang dapat dibeli semua kalangan, hingga era smartphone sekarang ini, fotografi semakin membumi. Hingga hari ini, aktivitas memotret seolah tidak lagi identik dengan fotografi, tetapi menjadi sebuah aktivitas keseharian.
Meskipun demikian, fotografi masih tetap hidup dan berkembang. Walaupun sekarang ini untuk memotret cukup hanya dengan smartphone saja, tetapi produksi kamera khusus untuk fotografi tetap diproduksi. Bahkan semakin dikembangkan dari berbagai sisi, baik secara teknologi, kualitas maupun desainnya.
Dari berbagai kamera yang diproduksi di dunia, sebenarnya, kamera digolongkan ke dalam beberapa kelas. Penggolongan tipe kamera di era fotografi analog cukup berbeda dengan penggolongan di era digital. Di era analog, kamera dikelompokkan berdasarkan ukuran film, jenis cermin dan kelas pengguna.
Di era digital, kamera diklasifikasikan berdasarkan ukuran sensor, teknologi cermin, fungsi spesifik kamera dan golongan pengguna. Meskipun demikian, kategori itu tidak bersifat rigid atau kaku. Dengan perkembangan teknologi yang tak ada henti-hentinya, sebuah kamera jenis baru di luar klasifikasi umum bisa saja muncul di pasaran dan menjadi tren di kalangan fotografer. Oleh karena itu, penggolongan tipe kamera di era ini dapat bersifat sangat cair dan fleksible.
Tipe-tipe Kamera di Masa Analog Berdasarkan ukuran Film
Di era ini, film merupakan perangkat yang paling penting di dalam fotografi. Tanpa film, sebuah foto tidak dapat dikatakan eksis atau hadir. Film layaknya sebuah rahim, di mana sebuah foto kelak akan dicetak untuk kemudian ditampilkan, dinikmati dan diapresiasi. Seiring dengan perkembangan fotografi, kebutuhan akan kualitas dan dimensi cetak sebuah karya foto semakin meningkat. Diiringi juga dengan pertumbuhan demand terhadap kamera yang cukup tinggi pada waktu itu.
Kemampuan dokumentasi dari fotografi kemudian seolah menjadi motivasi bagi para fotografer untuk menjelajahi dunia dengan motif mendokumentasikan berbagai hal yang menarik. Melihat kecenderungan ini, para produsen kamera pun berlomba untuk memproduksi kamera handy, portable yang mudah dibawa ke mana-mana.
Seiring ditemukannnya film seluloid, kamera yang tadinya menggunakan plat sebagai film, beralih pada film dalam bentuk seluloid. Hal ini juga berpengaruh pada perubahan bentuk dan jenis kamera yang diproduksi.
Large Format Camera
Kamera ini merupakan salah satu perangkat fotografi generasi pertama di dunia. Tipe kamera ini memiliki ukuran film sebesar 4 x 5 inci atau (10.6 x 12.7 cm). Besarnya kurang lebih lima belas kali lipat dari format kamera yang umum berukuran 35 mm.
Keunggulan tipe kamera ini adalah resolusi yang sangat tinggi dibandingkan tipe kamera lainnya. Bahkan ketika enlarger – pembesar belum banyak digunakan, umumnya para fotografer yang menggunakan Large Format Camera akan mencetak fotonya secara 1:1 dari negatif filmnya.
Beberapa waktu belakangan ini, para fotografer dikejutkan dengan berita tentang diluncurkannya Digital Large Format Camera. Kamera yang bernama LargeSense LS911 ini mengklaim sebagai kamera digital dengan format besar pertama di dunia.
Kamera yang dibandrol sebesar $106.000 ini, dilengkapi dengan sensor sebesar 9 x 11 inci (22.86 x 27.94 cm) dengan resolusi 12 megapixel. Selain itu, kamera ini pun dilengkapi dengan 900 GB Internal Storage. Di samping itu tentunya, kamera ini juga dilengkapi dengan berbagai spesifikasi dan fasilitas-fasilitas lain yang akan memanjakan para fotografer. Bagaimana? tertarik untuk memilikinya?
Medium Format Camera
Tipe kamera ini memiliki jenis film sebesar 2.25 x 2.25 inci (5.8 x 5.8 cm) dan 2.25 x 3.5 inci (5.8 x 8.9 cm). Pada masanya, kamera jenis ini menjadi favorit untuk para fotografer. FIlm yang digunakan pada kamera dengan format ini umumnya berukuran 120 mm. Kurang lebih tiga kali lipat lebih besar dibanding ukuran film 35 mm. Hasselblad, Rolleiflex dan Pentax adalah merk-merk ternama saat itu yang menjadi produsen dari tipe kamera ini.
Keunggulan kamera ini tentu saja memiliki resolusi yang lebih tinggi dibanding kamera dengan format film 35 mm. Namun ia pun membutuhkan enlarger yang lebih besar pula. Tipe kamera medium format ini identik dengan still photography. Namun tidak sedikit juga fotografer yang mengeksplorasi jenis kamera ini pada batas-batasnya yang paling ekstrem.
Selain itu, kamera dengan tipe ini pun diklaim lebih mudah dalam mengendalikan depth of field dibanding kamera dengan kelas di bawahnya. Di era digital ini, kamera medium format juga ikut diproduksi. Hasselblad dan Bronica menjadi brand yang identik dengan kamera jenis ini.
35 mm Format Camera
Tipe kamera ini merupakan jenis yang paling umum dan paling banyak diproduksi sekaligus dikonsumsi oleh pasar fotografi di seluruh dunia. Seperti namanya, kamera jenis ini memiliki format film sebesar 35 mm, atau memiliki format gambar sebesar 36 x 24 mm.
Karena bentuk filmnya yang kecil, kamera yang diproduksinya pun lebih compact dan lebih kecil dibandingkan dengan kamera medium format atau large format. Oleh karena itu, untuk kamera yang menggunakan film berukuran 35 mm ini pun seringkali disebut sebagai jenis Small Format Camera.
Dengan pasar yang begitu banyak dan luas, para produsen kamera pun banyak bertumbuh dan memproduksi jenis kamera ini. Tipe kamera yang diproduksi pun sangat beragam, mulai dari tipe SLR – Single Lens Reflection, Rangefinder, hingga Compact Camera yang dulu umum disebut Tustel atau hari ini disebut sebagai Pocket Camera.
Tipe Kamera Berdasarkan Jenis Cermin
Di dalam fotografi, cermin (di dalam artikel ini digunakan istilah cermin untuk membedakan dengan istilah lensa yang terpisah dari badan kamera) menjadi salah satu teknologi di dalam kamera yang terus-menerus dikembangkan.
Sistem pentaprisma pada cermin di dalam kamera, berpengaruh terhadap cara seorang fotografer dalam melihat obyek melalui kameranya, dan bagaimana obyek yang dilihat akan tampil persis seperti apa yang dipotretnya. Dari berbagai kamera yang ada, sedikitnya ada tiga jenis kamera dengan teknologi sistem kerja cermin yang berbeda, yaitu Single Lens Reflection, Twins Lens Reflection & Rangefinder.
Single Lens Reflection (SLR)
Tipe kamera ini bekerja dengan lensa tunggal. Single Lens Reflection atau SLR adalah tipe yang paling banyak diproduksi, dan menjadi salah satu jenis kamera yang paling umum. Jenis ini diproduksi untuk berbagai format, mulai dari Medium Format Camera, Small Format Camera hingga Compact Camera.
Twins Lens Reflex (TLR)
TLR atau Twins Lens Reflex adalah tipe kamera yang menggunakan sistem kerja dua lensa atau cermin yang memiliki focal leght – rentang panjang focal yang sama.
Untuk mengetahui tentang focal length, kita akan membahasnya pada artikel khusus.
Kedua cermin pada jenis kamer TLR memiliki fungsi yang berbeda, Lensa atau cermin yang pertama berfungsi sebagai penangkap obyek. Dari lensa atau cermin inilah sebuah foto dihasilkan. Cermin atau lensa yang kedua berfungsi sebagai salah satu perangkat dalam sistem viewfinder. Di mana sistem ini memberikan informasi kepada kita tentang apa yang akan kita potret, atau memperlihatkan sasaran bidikan kita.
Tipe kamera ini umumnya diproduksi untuk format film sebesar 120 mm atau medium format. Meskipun ada juga kamera TLR yang menggunakan film 35 mm, tetapi jumlahnya hanya sedikit dan kurang populer. Rolleiflex dan Yashica adalah brand-brand yang cukup dikenal sebagai produsen kamera TLR. Di era sekarang ini, tampaknya belum ada tanda-tanda bahwa TLR akan diproduksi ulang dalam versi digital.
Meskipun begitu, permintaan terhadap kamera jenis ini masih sangat tinggi. Tak heran jika harga untuk kamera jenis ini cukup meningkat drastis, bahkan ada yang menyentuh hingga angka puluhan juta rupiah.
Rangefinder Camera
Tipe kamera ini adalah jenis kamera tanpa sistem kerja cermin atau lensa seperti pada kamera berjenis SLR atau TLR. Salah satu kelebihannya adalah fokusnya yang sangat tajam. Selain itu, karena bekerja tanpa cermin atau lensa di dalamnya, maka kamera berjenis Rangefinder rata-rata didesain memililki sudut yang lebih lebar dibandingkan dengan kamera jenis lainnya.
Bekerja tanpa sistem kerja lensa dan cermin, juga membuat kamera ini sangat senyap, sehingga sangat tepat untuk digunakan oleh para jurnalis. Kelebihan lain dari tipe kamera ini adalah kecepatan dan kesederhanaan cara kerjanya yang membuatnya sangat cocok untuk fotografi yang mengutamakan kecepatan dan momen sebagai daya tarik kontennya.
Kamera ini diproduksi untuk berbagai format film, namun yang paling populer adalah pada format film 35 mm. Karena cara kerja yang sederhana, kamera ini dapat didesain lebih kecil dan lebih ringan sekaligus untuk mengungguli tipe kamera SLR yang cukup besar dan berat.
Pada kamera jenis ini umumnya, lensa menyatu langsung pada badan kamera. Pengaturan ISO, Speed dan Aperture dilakukan pada bagian lensa. Pengaturan pada tiga elemen ini sangat menentukan kualitas foto yang kita hasilkan. Untuk mengetahui caranya, baca artikel berikut ini.
Akan tetapi, Leica yang merupakan produsen yang dikenal dengan jenis kamera ini melakukan terobosan baru dengan meluncurkan kamera rangefinder dengan Intechangeable Lens. Artinya, lensa dapat dilepas dan diganti dengan lensa sesuai dengan kebutuhan sang fotografer. Hal ini mengubah tradisi lama dari kamera Rangefinder. Untuk mengetahui tentang jenis-jenis lensa kamera, kami membahasnya pada artikel khusus.
Di era digital, kamera jenis ini tetap diproduksi dalam versi digitalnya, tentunya oleh produsen yang identik dengannya, Leica. Tetapi cara kerja kamera ini sesungguhnya sudah dikembangkan dan diterapkan pada perangkat-perangkat lain, seperti Pocket Camera dan Smartphone.
Pada dua perangkat ini kita tidak perlu lagi mengatur fokus dan exposure secara manual, hanya cukup dengan membidik, secara otomatis sistem akan melakukan autofocus pada obyek yang kita pilih.
Tipe Kamera Berdasarkan Pengguna
Klasifikasi kamera untuk pengguna sebenarnya hanya dibagi menjadi dua kelas yaitu; Pro untuk Professional dan Amateur untuk pemula. Perbedaannya terletak pada teknologi, fasilitas, harga dan desain yang diberikan oleh produsen kamera itu sendiri.
Di era analog, Compact Camera dikhususkan bagi para fotografer amatir atau orang yang suka mendokumentasikan kegiatan keseharian mereka. Sifatnya sangat personal, oleh karena itu, kamera ini didesain dengan sangat ramping, handy dan portable. Sementara kamera yang lain, dikhususkan bagi para fotografer profesional atau fotografer amatir yang ingin mendalami bidang fotografi secara serius.
Di era digital, klasifikasi ini sebenarnya masih sama saja. Meskipun jenis kameranya lebih bervariasi, namun penggolongannya masih sama, hanya berganti label, menjadi entry, mid-entry dan pro.
Perbedaan lain dari klasifikasi ini adalah bahwa di era digital, hampir semua jenis kamera memiliki kelas-kelas tersendiri. Misalnya saja untuk kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex). Fasilitas yang diberikan oleh kamera dengan versi empat digit, seperti misalnya 1000D atau D1000 akan berbeda dengan yang dua digit seperti 20D atau D40.
Semakin kecil digit-nya, maka akan semakin mahal dan banyak fasilitas yang didapat, temasuk spesifikasi full frame. Spesifikasi ini merupakan besaran sensor yang ada pada kamera DSLR. Semakin besar ukuran sensor, tentu saja semakin baik kualitas dan resolusi foto yang dapat kita hasilkan.
Perkembangan Tipe Kamera di Era Digital
Seperti kita tahu, di era digital ini kebutuhan fotografi semakin meningkat, baik untuk advertising, jurnalistik, media sosial, personal branding dan lain sebagainya. Dengan peningkatan seperti ini, produksi kamera pun semakin meningkat yang diiringi juga oleh perkembangan teknologi fotografi terbaru. Padahal beberapa waktu yang lalu, dunia fotografi melalui produsen kamera sebagai salah satu infrastrukturnya, sempat dipandang terancam oleh perkembangan teknologi kamera di smartphone.
Pasar diprediksi akan lebih memilih membeli Smartphone dengan harga puluhan juta ketimbang membeli kamera. Salah satu alasannya adalah kemudahan dalam mengunggah hasil foto ke internet. Lagi pula, hanya dengan Smartphone, seseorang sudah dapat mendapatkan hasil foto yang maksimal tanpa harus melalui proses editing di komputer.
Fenomena tersebut ternyata memakan korban, Di beberapa waktu yang lalu, Kodak, salah satu perusahaan ternama di dunia fotografi memutuskan untuk undur diri dari kompetisi di industri fotografi.
Tetapi ternyata pandangan itu dipatahkan begitu saja, ketika berbagai produsen elektronik besar seperti Sony, Samsung dan Panasonic meluncurkan berbagai produknya yang dengan cepat membanjiri pasar fotografi.
Mereka bukan hanya sekedar bermain, tetapi juga menawarkan berbagai teknologi terbaru yang belum pernah ada di fotografi sebelumnya. Hal ini belum termasuk pada come back-nya Fuji ke pasar tersebut. Dengan cepat kamera-kamera buatan Fuji laris di pasaran dan berdiri sejajar dengan produsen lama seperti Nikon dan Canon. Belum lagi fenomena kamera Polaroid dengan slogan lomography-nya yang sempat merajai di beberapa waktu yang lalu.
Alhasil, era digital ternyata tidak “membunuh” fotografi, sebaliknya era ini justru merangsang pertumbuhan yang signifikan untuk industri fotografi. Dan sekaligus membawa fotografi pada teknologi baru yang mengantarnya pada cakupan yang lebih luas.
Salah satu terobosan baru dalam teknologi kamera adalah Mirroless Camera. Meskipun teknologi tanpa cermin sudah digunakan oleh kamera bertipe Rangefinder, namun teknologi di era digital ini cukup berbeda. Tidak hanya cukup di situ, Olympus dan Panasonic, sebagai pemain utama di kelas kamera ini pun mengembangkan teknologinya hingga pada tahap MFT atau Micro Four Third.
Berdasarkan fungsinya, salah satu fenomena menarik yang muncul adalah Action Camera yang dipelopori oleh brand GoPro. Dengan berkembangnya teknologi, fotografi akhirnya mampu untuk menjelajahi subject matter dan konten-konten yang baru, termasuk pada wilayah-wilayah ekstrem yang selama ini sulit dijangkau oleh fotografi. Dan Action Camera bisa menjawab itu.
Meskipun lebih banyak digunakan sebagai video, namun kamera ini memiliki peranan besar untuk fotografi. Teknologi Drone yang masuk ke pasaran beberapa waktu belakangan ini sangat membantu perkembangan fotografi. Dengan dikombinasikan bersama Action Camera, seseorang dapat mengambil foto dengan jenis atau genre Aerial Photography dengan cukup mudah dan biaya yang terjangkau. Di mana pada masa lalu, hal ini membutuhkan biaya yang sangat mahal dan tidak semua fotografer dapat melakukannya.
Fenomena lain yang menarik di dalam perkembangan teknologi kamera dan fotografi adalah Smartphone. Meskipun gawai ini bukan diperuntukkan untuk fotografi, namun fasilitas kamera dan spesifikasi yang ditawarkan sesungguhnya sangat mumpuni untuk memproduksi karya fotografi yang baik. Apalagi teknologi autofocus-nya merupakan perkembangan teknologi lanjutan dari tipe Rangefinder. Untuk beberapa tipe Smartphone bahkan dibekali dengan mode manual, sehingga penggunanya dapat merasakan sensasi seperti menggunakan kamera sesungguhnya.
Mirrorless Camera
Seperti namanya, Mirrorless Camera merupakan kamera tanpa sistem kerja cermin atau pentaprisma. Cara kerja kamera ini menggunakan sistem Digital Display. Dengan cara kerja seperti ini, cahaya yang masuk langsung diteruskan pada sensor tanpa harus dipantulkan terlebih dahulu oleh cermin, seperti pada cara kerja kamera DSLR. Gambar yang sudah diterima oleh sensor kemudian ditampilkan melalui display LCD atau viewfinder elektronik.
Dengan cara kerja seperti itu, kamera dapat didesain lebih kecil dibanding DSLR. Seperti layaknya DSLR, kamera ini pun memiliki fasilitas Interchangeable Lens. Yang artinya dapat bergonta-ganti lensa.
Bagi seorang fotografer yang tidak suka membawa peralatan banyak dan berat, tipe kamera merupakan alternatif dibanding DSLR yang relatif berukuran lebih besar dan berat. Jangan khawatir, jenis kamera ini pun menawarkan berbagai fasilitas yang sama dengan kamera DSLR, bahkan belakangan ini, Canon merilis versi Full Frame dari tipe kamera Mirrorless ini.
SLT (Single Lens Translucent)
Teknologi SLT atau penggunaan cermin tunggal yang transparan sebenarnya bukanlah hal baru di dunia fotografi. Di tahun 60an, Canon pernah menanamkan teknologi ini pada kamera Canon Pellix. Namun sayangnya kamera ini tidak begitu populer, sehingga produksinya dihentikan. Baru di era digital sekarang ini, teknologi ini kembali dimunculkan oleh produsen elektronik Sony dalam bentuk produk kamera Sony A99.
Cara kerja sistem SLT agak berbeda dengan SLR, karena cermin yang digunakan berjenis cermin transparan. Jika pada cara kerja SLR butuh proses pemantulan cahaya, maka di sistem SLT, tidak diperlukan lagi, karena cahaya akan menembus cermin dan langsung menuju sensor CMOS. Dengan begitu tidak akan ada pergerakan cermin di dalam badan kamera. Hal inilah yang menjadi salah satu keunggulan dari kamera dengan sistem SLT (Single Lens Translucent).
Tanpa adanya pergerakan cermin, maka kamera dengan jenis SLT tidak akan mengenal Shutter Count. Di mana hal itu menjadi batasan umur dari kamera DSLR. Selain itu, itu kamera SLT pun tidak menggunakan Optical View Finder seperti halnya pada kamera DSLR. Tipe kamera ini menggunakan EVF – Electronic View Finder yang umumnya berada di belakang badan kamera berbetuk LCD Display.
Dengan EVF ini, kita akan dapat melihat gambar sesuai dengan apa yang akan kita hasilkan nantinya. Di EVF ini kita bisa mengkoreksi kecerahan gambar yang akan kita ambil, berbeda dengan ketika kita membidik gambar dari Optical Viewfinder. Di mana kita hanya melihat gambar sesuai yang dipantulkan oleh cermin, tanpa bisa mengkoreksinya.
Keunggulan lain dari kamera SLT ini adalah Frame Per Second – FPS yang tinggi. Karena tidak ada pergerakan cermin, dan proses gambar menuju menuju sensor lebih cepat dari SLR, maka FPS yang dihasilkan pun akan lebih tinggi. Sederhananya, jika kita menggunakan mode Continuous Shot pada SLT, gambar yang dihasilkan dalam waktu satu detik akan lebih banyak dibandingkan dengan kamera SLR dalam mode dan waktu yang sama.
The Most Important Things is “The Man Behind The Gun.”
Nah, setelah mengetahui berbagai tipe kamera dari era analog hingga perkembangan yang paling terbaru di era fotografi digital, kamu akan mudah memilih kamera mana yang cocok untuk digunakan.
Pemilihan jenis kamera bagusnya disesuaikan dengan bagaimana kita akan menggunakan kamera tersebut, apakah hanya untuk hobi atau untuk mendukung pekerjaan kita. Jika untuk pekerjaan, apakah kamera itu akan lebih banyak digunakan di lapangan atau hanya di dalam ruangan studio saja.
Output dari foto pun dapat menjadi pertimbangan kita untuk memilih kamera. Misalnya pekerjaan yang membutuhkan output foto untuk dicetak pada bidang-bidang besar, seperti Billboard misalnya, akan lebih cocok dengan kamera medium format atau setidaknya DSLR Full Frame.
Kebutuhan tersebut akan berbeda kalau kamu hanya membutuhkan output foto-foto kamu dipajang di media digital. Smartphone dengan resolusi tinggi hingga kamera DSLR entry level sudah sangat cukup untuk mendukung kebutuhan tersebut.
Yang pasti, kualitas dari sebuah karya foto bukan ditentukan oleh jenis kamera tertentu. Seorang fotografer yang handal harus mampu menghasilkan foto-foto yang indah dan bagus dari berbagai jenis kamera, bahkan dengan kamera yang paling sederhana sekali pun.
Oleh karena itu, yang paling terpenting adalah sosok fotografernya, bukan pada kecanggihan peralatan yang ia gunakan. Seperti yang dikatakan oleh salah satu slogan di dunia fotografi, “The Most Important is The Mand Behind The Gun.”
Foto-foto diambil dari berbagai sumber.