Inilah Musisi-musisi Inspiratif yang Mengubah Dunia

Musisi inspiratif mungkin label yang tepat bagi mereka yang memiliki tujuan-tujuan mulia. Alih-alih menumpuk pundi-pundi kekayaan. Mereka justru memanfaatkan popularitas dan materi yang dimiliki untuk mengubah dunia menjadi lebih baik.

Apresiasi, popularitas atau materi mungkin menjadi motivasi sebagian besar musisi di dunia. Namun apa jadinya jika ada musisi yang tidak menjadikan hal-hal itu sebagai tujuan mereka?
Sebaliknya mereka justru menggunakan talentanya untuk mengubah keadaan, menginspirasi dan membantu sesama.
Musisi inspiratif mungkin label yang tepat bagi mereka yang memiliki tujuan-tujuan mulia tersebut. Alih-alih menumpuk pundi-pundi kekayaan. Mereka justru memanfaatkan popularitas dan materi yang dimiliki untuk mengubah dunia menjadi lebih baik. Berikut ini adalah beberapa diantaranya.

SAMI YUSUF

Sami Yusuf merupakan penyanyi, pencipta lagu, komposer sekaligus produser musik kelahiran Teheran, Iran dan besar di London, Inggris. Ia mendapat pengakuan internasional tepat pada debut album pertamanya Al-Mu’alim pada tahun 2003.
Sejak saat itu, album-album berikutnya pun cukup meledak. Saat ini dengan catatan penjualan album lebih dari 34 juta kopi, Sami Yusuf bahkan dilabeli sebagai “Islam’a Biggest Rock Star,” oleh Times Magazine. Dan sejak tahun 2014, ia pun ditunjuk sebagai duta PBB untuk program pangan dunia – United Nations Global Ambassador for the World Food Programme.
Sederet prestasinya di bidang musik tidak menyilaulan matanya. Bahkan sejak awal karirnya sebagai musisi, ia sudah banyak terlibat pada beragam aktivitas kemanusiaan. Ia membuat single khusus untuk donasi dan bekerja bersama berbagai organisasi kemanusiaan untuk mengurangi kelaparan dan kemiskinan.
Sami Yusuf sempat meliris single berjudul “Hear Your Call.” Single ini dibuat dalam dua versi, Inggris dan Urdu. Sebagai respon atas tragedi banjir di Pakistan pada tahun 2010. Yang pada waktu itu berimbas pada hampir 20 juta jiwa warga Pakistan. Ia bekerja sama dengan organisasi naungan PBB, “Save The Children.” Dengan apa yang ia lakukan ini, sangat layak jika Sami Yusuf dilabeli sebagai musisi inspiratif.

A.R. RAHMAN (Allah Rakha Rahman)

musisi inspiratif
Musisi inspiratif berikutnya datang dari India. Figur yang menjadi mualaf di tahun 1989 ketika ia berumur 23 tahun ini memang cukup melegenda di India. Namun untuk generasi sekarang mungkin mengenal A.R. Rahman dari grup Superheavy. Supergrup yang beranggotakan Mick Jagger, Dave Stewart, Damien Marley, Joss Stone dan A.R. Rahman sendiri.
Sebagai musisi AR. Rahman merupakan komposer, pencipta lagu sekaligus produser. Karya-karyanya dikenal menggabungkan antara musik klasik India dan musik elektronik dengan sentuhan aransemen dari orkestra instrumen tradisional India. Musiknya kerap kali dilabeli sebagai “World Music.”
Pretasinya tidak tanggung-tanggung. Ia pernah menyabet dua kali penghargaan Grammy Awards, satu kali BAFTA Awards. Untuk kategori musik skoring, ia menyabet dua kali Academy Awards, satu kali Golden Globe, empat kali National Film Awards, lima belas kali Filmware Awards dan tiga belas kali penghargaan Filmfare Awards South. Itu belum termasuk penghargaan Padma Bhushan dan pemerintah India pada tahun 2010.
Dengan prestasi seperti itu, Rahman kemudian diganjar sebagai salah satu tokoh dunia paling berpengaruh oleh majalah Times pada tahun 2009. Majalah Songlines juga melabeli dia sebagai “Tomorrow World Music Icons,” di tahun 2011.
Keterlibatannya di dunia kemanusiaan pun tak kalah mentereng. Pada tahun 2004, ia bekerja sama dengan Yusuf Islam dan organisasi “Save The Children.” Dalam program untuk membantu para anak yatim-piatu korbam tsunami aceh tahun 2004.
Ia juga pernah membuat musik untuk film pendek “The Banyan” pada tahun 2006. Film yang diperuntukkan untuk membantu para perempuan miskin di Chennai, India. Di kota yang sama, ia pun mendirikan fasilitas belajar untuk para musisi muda berbakat yang tidak mampu.

POETIC PILGRIMAGE

musisi inspiratif
Musisi inspiratif ini masih tergolong musisi muda. Poetic Pilgrimage merupakan duo British Muslim Hip Hop yang dibentuk pada tahun 2002. Grup duo ini terdiri dari Muneera Rashida dan Sukina Abdul Noor. Keduanya merupakan musisi Afro-Karibia yang menjadi mualaf di tahun 2005.
Di awal karirnya, duo group ini seringkali mendapay pujian dari para nama-nama besar di scene Hiphop Inggris. Setelah para anggotanya menjadi mualaf, grup ini bahkan menjadi pelopor grup hiphop muslim di Inggris. Grup ini kemudian menjadi jembatan antara komunitas muslim dengan dunia musik dan hiphop yang lebih luas.
Hiphop yang mereka bawa bisa dibilang tidak biasa. Mereka membawa roots musik Afrika dan Karibia dengan sentuhan-sentuhan Jazz, Soul, Afrobeat dan lainnya yang memang menjadi referensi musik mereka. Dengan sajian musik seperti itu, Poetic Pilgrimage juga memasukkan pesan-pesan tentang perdamaian, persatuan, kemerdekaan dan toleransi.
Dalam perjalanan tur mereka ke berbagai negara. Grup yang terdiri dari duo hijabers ini pun membuat workshop untuk anak muda tentang puisi dan hiphop. Dengan tujuan agar para anak muda itu dapat mengubah realitas hidup mereka menjadi lebih baik.
Melalui workshop itu pula, grup Poetic Pilgrimage mengangkat isu-isu sosial dan perlawanan terhadap hal-hal negatif tentang anak muda. Poetic Pilgrimage bukan hanya sekedar bermusik. Dengan latar belakang, dan pesan-pesan yang mereka bawa. Mereka menantang stereotipe terhadap wanita, hijab dan Islam. Dan mereka berharap dapat menjadi inspirasi bagi yang lain. Untuk melakukan hal yang sama.

AHMAD NASER SARMAST

musisi inspiratif
Figur berikutnya mungkin agak sedikit berbeda dengan yang lainnya. Ahmad Naser Sarmast, bukanlah musisi secara definitif yang menempuh jalur umum. Ia memilih jalur akademik dan menjadi seorang ethnomusikolog. Namun dedikasinya di dunia musik membuatnya layak digelari sebagai musisi inspiratif.
Ahmad Naser Sarmast lahir dari seorang musisi besar Afghanistan, Ustadz Salim Sarmast. Ia lulus dari Afghan Music School pada tahub 1981. Sembilan tahun kemudian ia hijrah ke Moscow karena perang sipil yang terjadi di negaranya. Di Moscow ia meraih master di bidang Ethnomusikologi pada tahun 1993. Dan pada tahun 2005, ia menjadi orang Afghanistan pertama yang meraih gelar Phd di bidang musik dari Monash University, Australia.
Pada tahun 2008, ia kembali ke negaranya untuk membangkitkan kembali musik di Afghanistan pasca rezim Taliban. Dua tahun kemudian, dengan dukungan pemerintah, ia mendirikan ANIM (Afghanistan National Institute of Music) di kota Kabul.
Sekolah itu ditujukan untuk anak-anak kurang mampu, yatim piatu dan anak-anak jalanan. Atas keberhasilannya, pemerintah pun meminta agar sekolahnya diperluas untuk anak-anak berbakat.
Sayangnya upaya Ahmad Naser Sarmast dalam mengubah kondisi negaranya mengalami banyak hambatan. Termasuk penyerangan dirinya oleh kelompok Taliban. Ia bahkan terluka serius akibat bom bunuh diri Taliban di Center d’Enseignement Francais en Afghanistan pada tahun 2014. Akibat peristiwa itu, ia menderita ketulian pada kedua telinganya.

HARRY ROESLI (1951 – 2004)

musisi inspiratif
Musisi ini terlahir dengan nama Djauhar Zaharsjah Fachruddin Roesli. Dan populer dengan nama Harry Roesli. Di awal tahun 70an, Harry Roesli membentuk band bernama “Gang of Harry Roesli,” dengan mengusung warna rock and blues yang sedang trend pada masa itu. Ia kemudian berhasil menelurkan album “Philosophy Gang” pada tahun 1973.
Beberapa tahun kemudian, karena mendapat beasiswa. Ia pun berangkat ke Belanda untuk mempelajari musik lebih lanjut. Sekembalinya ke tanah air, musik yang dibawa Harry Roesli mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Di masa itu, bersama sastrawan Yudhistira Adhie Nugraha, Harry Roesli lebih banyak bermain dengan musik Avant-garde. Musik ala John Cage, Iannis Xenakis atau Karlhenis Stockhausen. Dengan warna musik barunya ini, Harry Roesli lebih banyak bekerja bersama sastrawan seperti Putu Wijaya dan Nano Riantiarno bersama teater komanya.
Prestasi Harry Roesli pun tak kalah jika dibandingkan dengan penjelajahannya di dunia musik. Ia tercatat sebagai profesor – guru besar di dua universitas; Universitas Pendidikan Indonesia dan Universitas Pasundan. Majalah Rolling Stone pun menobatkan lagu “Malaria,” dari album “Philpsophy Gang,” menjadi salah satu lagu Indonesia terbaik sepanjang masa.
Aktivitas Harry Roesli tidak hanya pada penjelajahan musik saja. Melalui musik ia pun kerap kali melontarkan kritikan-kritikan keras terhadap pemerintah. Pada tahun 2001, ia sempat tersandung kasus. Pada saat itu ia mentas pada perayaan kemerdekaan R.I di istana negara. Di sana ia membawakan lagu nasional “Garuda Pancasila” dengan gubahannya sendiri. Lagunya menjadi satir dan penuh kritik. Ia kemudian diancam hukuman dengan tuduhan menyebarkan kebencian dan permusuhan.
Kejadian itu tidak menyulutkan gairah berkeseniannya. Bahkan di tahun yang sama. Ia menghelat konser “Teroris, Pentas Musik 50 Jam yang berlangsung selama tiga hari.” Pentas yang digelar di Rumah Nusantara, Cafe dan Gallery, Bandung tersebut menampilkan hingga ratusan musisi, mulai dari yang populer hingga musisi jalanan.
Keberadaanya di dunia musik, membawa Harru Roesli dekat dengan segala kalangan. Termasuk para pengamen dan anak-anak jalanan. Pada mereka jualah perhatiannya tercurah. Harry Roesli membentuk DKSB – Depot Seni Kreasi Bandung. Sebagai sekolah musik gratis bagi para anak-anak jalanan berbakat dan para pengamen agar mereka mengubah hidup mereka menjadi lebih baik.
Untuk sekolah ini, ia merelakan rumahnya yang berada di kawasan cukup elite di Bandung. Bahkan halaman rumahnya pun direlakannya bagi para pedagang asongan untuk berjualan. Di tahun 2003, Harry Roesli menggelar “Ziarah Seni” sebuah konser tur keliling Indonesia bersama para pengamen dan anak-anak binaannya di DKSB.
Dengan tur itu ia menjawab tudingan bahwa musiknya terlalu eksklusif dan sulit dimengerti. Sebaliknya ia menunjukkan bahwa musik yang ia bawa bersifat universal dan terbuka.
Harry Roeli berpulang tepat setahun setelah ia menggelar konser keliling tersebut. Hingga saat itu, melalui sekolah yang ia dirikan, ia telah menolong lebih dari 36.000 anak-anak jalanan dan pengamen. Dan membuat hidup mereka menjadi lebib baik. Dengan apa yang ia lakukan, tak berlebihan jika kemudian almarhum Harry Roesli dilabeli sebagai salah satu musisi inspiratif terbaik sepanjang masa.
Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel lainnya