Rekomendasi Film Olahraga Inspiratif yang Wajib Ditonton

Banyak hal-hal inspiratif yang tersimpan di balik dunia olahraga. Dan inilah yang menjadi alasan kita memilih beberapa film olahraga inspiratif berikut ini sebagai rekomendasi yang wajib ditonton.

Film bukan hanya sekedar hiburan. Fim juga merupakan cerminan gagasan dari para kreatornya tentang hal-hal yang menjadi fokus perhatiannya. Oleh karena itu, tak heran jika film juga memiliki nilai-nilai inspiratif yang bisa menggerakkan penontonnya untuk melakukan suatu perubahan. Tentu saja perubahan ke arah yang lebih baik.
Olahraga saat ini menjelma menjadi suatu hiburan yang dinanti-nanti. Namun terkadang kita tidak tahu bagaimana perjuangan atau kisah dinamika di balik dunia olahraga itu sendiri. Atau misalnya kita tidak tahu bagaimana perjuangan seorang atlet untuk bisa menggapai prestasi yang luar biasa. Di sisi lain, olahraga juga menyimpan sisi menarik sebagai suatu solusi untuk konflik-konflik sosial-budaya. Banyak hal-hal inspiratif yang tersimpan di balik dunia olahraga. Dan inilah yang menjadi alasan kita memilih beberapa film olahraga inspiratif berikut ini sebagai rekomendasi yang wajib ditonton.

DANGAL (2016)

Film yang sutradarai oleh Nitesh Tiwari ini merupakan Biopic yang menceritakan tentang kehidupan Mahavir Singh (Aamir Khan) seorang pegulat yang memiliki mimpi untuk meraih medali emas di ajang kompetisi gulat internasional. Cerita ini menjadi menarik, ketika Singh harus merelakan impiannya karena kurangnya dukungan finansial untuk maju ke kompetisi internasional. Menghadapi kenyataan itu, Singh tidak putus asa, ia tetap memelihara mimpinya dengan berharap bahwa kelak anak laki-lakinya-lah yang akan meneruskan mimpinya tersebut. Namun, tak ada yang menyangka takdir Tuhan, Singh justru dikarunai empat anak perempuan. Di titik inilah kemudian Singh perlahan mulai melepaskan ambisinya itu.
Suatu hari, Singh melihat anak-anak perempuannya, Babita Kumari (Suhani Bhatnagar) dan Geeta Phogat (Zaira Wasim) sedang baku hantam dengan anak-anak lelaki di dekat rumahnya. Di momen itulah, Singh kemudian sadar bahwa bakatnya justru terwariskan pada dua anak perempuannya tersebut. Tak pikir panjang lagi, Singh kemudian melatih dan mengarahkan kedua anaknya itu untuk menjadi atlet gulat profesional kelas dunia. Ia terus-menerus menginspirasi anak-anaknya agar terus berjuang untuk melawan berbagai halangan yang menghadangnya. Kelak Babita Kumari (Sanya Malhotra) dan Geeta Phogat (Fatima Sana Saikh) menjadi pegulat wanita pertama India yang berhasil meraih medali emas di Commonwealth Games 2010.
Film olahraga inspiratif ini diproduseri oleh Aamir Khan, Kiran Rao dan Siddhart Roy Kapur, sedangkan naskahnya ditulis oleh Piyush Gupta, Shreyas Jain, Nikhil Mehrotra, Rahshri Sudhakar dan sang sutradara, Nitesh Tiwari sendiri.

A BAREFOOT DREAM (2010)

A Barefoot Dream sebagai salah satu film olahraga inspiratif yang menarik
Untuk beberapa orang tidak mudah memang menjalani kehidupan paska karirnya sebagai atlet profesional. Upah besar dan pendapatan yang tetap semasa masih berkarir ternyata tidak mendukung untuk masa-masa pensiun. Hal itu pula yang terjadi pada Kim Won-Kang, seorang pensiunan pemain bola profesional dari Korea Selatan. Ia pun bukannya tidak berusaha, namun apa daya, beberapa bisnis yang ia upayakan ternyata tidak berujung sukses. Menghadapi kesulitan itu, Won-Kang ternyata tidak menyerah. Ia kemudian memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Timor Leste untuk mencari peluang-peluang baru.
Di Timor Leste, Won-Kang cukup terkejut karena melihat anak-anak lokal di sana bermain bola di jalanan dengan kaki telanjang. Pada saat itu, ia melihat suatu peluang bisnis. Ia berpikir bahwa negara itu kurang mendapat suppli untuk alat-alat olah raga yang baik. Won-Kang pun mencoba untuk membuka toko peralatan olahraga di sana. Namun sekali lagi, keberuntungan belum berpihak kepadanya. Tokonya bisa dibilang tidak laku, karena memang warga di sana tidak mampu untuk membeli peralatan olahraga yang dijual oleh Won-Kang. Sekali lagi, Won-Kang pun harus merelakan untuk menutup tokonya. Sebagai mantan atlet, Won-Kang tidak begitu saja menyerah. Ia kemudian memutuskan untuk melatih anak-anak Timor Leste.
Dengan ketekunan dan ketulusan, akhirnya Won-Kang berhasil membawa anak-anak Timor Leste untuk menembus kompetisi internasional. Bersama Won-Kang, anak-anak Timor Leste berhasil menyabet dua gelar kompetisi internasional. Yang menarik adalah ketika menembus kompetisi internasional, anak-anak itu pun masih bermain tanpa peralatan sepakbola yang lengkap.
Film olahraga inspiratif ini merupakan biopic dari Kim Won-Kang, yang diproduksi pada tahun 2009. Timor Leste, Korea Selatan dan Jepang adalah negara-negara yang terlibat dalam proses syuting film ini. Film yang dirilis sesaat sebelum pembukaan Piala Dunia FIFA di Afrika Selatan tahun 2010 ini diproduseri oleh Kim Tae-Kyun, Yoo Jung-Hoon dan Kim Joon-Jong. Disutradarai oleh Kim Tae-Kyun dan naskahnya ditulis oleh Kim Kwang-Hoon.

REMEMBER THE TITANS (2000)

Remember The Titan adalah salah satu film olahraga inspiratif yang menarik
Fanatisme memang dapat menjangkiti siapa pun terhadap hal apa pun. Bagi sebagian orang, fanatisme dipandang sebagai hal yang negatif, namun film Remember The Titan ini membuktikan suatu hal bahwa fanatisme bisa dipergunakan menjadi suatu hal yang positif.
American Football adalah salah satu olahraga yang cukup mengundang fanatisme dari warga Amerika, salah satunya yang paling kental adalah di Virginia. American Football bukan hanya sekedar olahraga, tetapi juga menjadi suatu way of life masyarakat di sana. Setiap pertandingannya dianggap lebih penting daripada hari-hari raya atau hari nasional. Dengan hal semacam ini tentu saja banyak hal yang emosional terlibat di dalamnya.
Amerika di tahun 70an, tidaklah seperti yang kita kenal seperti hari ini. Di Virginia sendiri, masyarakatnya terdikotomikan berdasarkan warna kulit. Orang Afro-Amerika dan “Kulit Putih” terpisah secara institusi dan teritorial. Pada tahun 1970, dewan sekolah kota memerintahkan untuk menyatukan antara sekolah kulit hitam dan sekolah kulit putih. Hal ini tentu saja memicu konflik tersendiri di kalangan masyarakat di sana. Dan yang lebih menegangkan lagi, adalah penyatuan tim Football antara sekolah itu. Film ini menawarkan ketegangan-ketegangan itu. Tantangan kemudian adalah bagaimana sang pelatih dan para pemainnya dapat membentuk toleransi antara wana kulit dengan tradisi American Footbal yang kental dengan fanatismenya.
Film olahraga inspiratif ini disutradari oleh Boaz Yakin, dan diproduseri oleh Jerry Bruckheimer. Sementara naskahnya ditulis oleh Gregory Allen Howard. Film ini pun dibintangi oleh aktor-aktor, seperti Denzel Washington, Will Paton dan Wood Harris.

INVICTUS (2009)

Invictus, salah satu film olahraga inspiratif yang menarik untuk ditonton
Olahraga memang seharusnya bebas dan tidak berpihak. Ia harus melampaui batas-batas warna kulit, agama, ras, suku dan lainnya. Olahraga seharusnya menjadi pemersatu umat manusia. Hal-hal inilah yang dimanfaatkan oleh Nelson Mandela untuk mempersatukan rakyat Afrika Selatan yang telah lama dihantui oleh Apartheid.
Film Invictus menceritakan bagaimana Nelson Mandela berupaya mempersatukan antara warga kulit hitam dan kulit putih melalui olahraga Rugby. Pada tahun 1995, setahun setelah Mandela terpilih menjadi presiden kulit hitam pertama, negaranya menggelar hajat sebagai tuan rumah Piala Dunia Rugby. Di sana Mandela melihat bahwa warga kulit hitam bersikap antipati terhadap Springboks – tim nasional Rugby Afrika Selatan yang lebih banyak dihuni oleh pemain kulit putih. Melihat kenyataan itu, Mandela pun berusaha membujuk dan bernegosiasi dengan Komite olahraga Afrika Selatan yang didominasi oleh warga kulit hitam agar mau mendukung secara penuh tim Springboks.
Film ini diangkat langsung dari cerita “Playing The Enemy: Nelson Mandela and the Game That Made a Nation,” karya John Carlin. Diproduseri sekaligus disutradarai ole Clint Eastwood, film yang diperankan oleh Morgan Freeman, Matt Damon dan Tony Kgoroge, film olahraga inspiratif ini berhasil mendapat banyak respon positif dan sempat dinominasikan untuk penghargaan Academy Award untuk aktor terbaik (Morgan Freeman) dan aktor pendukung terbaik (Matt Damon) pada tahun 2010.

CAHAYA DARI TIMUR: BETA MALUKU (2014)

Rasanya tak mudah untuk berada di dua tempat sekaligus. Apalagi peranan kita sangat penting di kedua tempat itu. Konflik dan dilema, sangat mungkin muncul pada momen-momen semacam itu. Hal itu pula yang terjadi pada Sani Tawainella (Chicco Jericho) ketika ia harus memilih untuk mengorbankan salah satu perannya, antara sebagai suami dan ayah untuk keluarganya serta perannya sebagai kakak dan pelatih untuk tim sepakbola yang ia asuh.
Sebagai suami dan ayah, tentu saja Sani ingin yang terbaik untuk keluarganya. Hidup layak, bahagia dan lainnya. Sementara sebagai pelatih sepakbola di desa Tulehu, Maluku, Ia ingin sepakbola menjadi obat bagi anak-anak di sana akan dampak konflik agama yang sempat melanda “Negeri Seribu Pulau” itu. Konflik semakin memuncak ketika tim asuhannya yang terdiri dari anak-anak dari agama yang berbeda enggan bersatu. Padahal kompetisi nasional semakin mendekat. Di sisi lain, Sani dihadapkan pada masalah keluarganya yang semakin pelik.
Film olahraga inspiratif yang diproduseri oleh Glen Fredly serta disutradari oleh Angga Dwimas Sasongko ini banyak mendapat penghargaan di tahun 2014. Salah satunya mendapat predikat sebagai film bioskop terbaik di ajang piala Citra Festival Film Indonesia 2014. Film yang ditulis oleh Swastika Nohara dan Mohammad Irfan Ramly ini pun dibintangi oleh Jajang C. Noer, Shafira Umm dan Abdurrahman Arif.
Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel lainnya

poster seni dan dunia digital

Seni & Dunia Digital

Berabad-abad yang lalu, manusia mengalami sebuah peristiwa yang kelak menjadi awal dari sebuah cara hidup yang baru. Sejarah mencatat peristiwa itu dengan nama ‘Revolusi Industri.’

Read More »