Pada zaman kebudayaan klasik, Aksara merupakan unsur penting dalam berkomunikasi. Selain sebagai alat untuk berkomunikasi secara lisan, Aksara Juga berfungsi sebagai media untuk menyampaikan dan mendokumentasikan berbagai informasi-informasi penting.
Pada masa kerajaan, informasi-informasi tersebut berisi antaralain tentang silsilah raja-raja yang memerintah dalam satu wangsa, peristiwa-peristiwa besar yang terjadi, dan informasi waktu pembuatan sebuah situs besar baik itu tempat suci keagamaan maupun makam tokoh-tokoh besar pada waktu itu.
Selain contoh-contoh di atas, tentu saja sebuah Aksara pun merupakan elemen penting dalam bidang kesusastraan kuno. Secara historikal, Aksara-Aksara yang dipakai di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara semuanya menginduk pada Aksara Brahmi. Aksara kuno ini kemudian berkembang menjadi Aksara Pallawa yang berkembang di India Selatan dan Aksara Pranagari serta Dewanagari yang berkembang di India Utara. Aksara Pallawa-lah yang kemudian menjadi induk dari berbagai Aksara-aksara yang dipakai di Indonesia, termasuk di dalamnya Aksara Kawi yang kemudian berkembang lagi menjadi Aksara Kwadrat Kediri yang diantaranya ditemukan pada situs kuno Candi Bentar Goa Gajah dan Candi Gunung Kawi di Bali.
