Ini Dia Film-Film Silat Indonesia yang Harus Kamu Tonton

Film silat di Indonesia bukanlah sekedar menampilkan baku hantam tanpa henti. Ia juga merepresentasikan sejarah, budaya dan tradisi bangsa kita dengan cara yang unik dan khas.
Di perhelatan Asian Games 2018 yang baru saja berakhir, ada beberapa hal yang cukup menarik perhatian, salah satunya adalah cabang olah raga Pencak Silat. Cabor ini merupakan penyumbang medali emas terbanyak untuk Indonesia sekaligus membantu mengukuhkan negara kita di peringkat empat Asia.
Decak kagum, pujian sekaligus kritik bermunculan terhadap Pencak Silat, namun bagaimana pun juga rasanya kita layak untuk mendapatkan pencapaian ini, karena memang Pencak Silat bukan hanya sekedar olah raga bagi kita, tetapi juga sekaligus identitas budaya bangsa.
Tahun 80 dan 90an bisa dikatakan sebagai puncak-puncaknya popularitas Silat di tengah masyarakat. Salah satunya bisa dilihat dari banyaknya film laga dan dan serial yang bermunculan kala itu. Penggarapannya pun tidak main-main. Bahkan dengan teknologi yang ada pada saat itu, film-film laga tersebut masih sangat layak dan menakjubkan untuk dinikmati hingga hari ini. Temanya pun sangat beragam dan menarik, mulai dari yang berlatar sejarah hingga penuh dengan bumbu komedi.
Jika kita tonton lagi, ternyata film laga atau populer dengan istilah ‘film silat’ di Indonesia bukanlah sekedar menampilkan baku hantam tanpa henti. Ia juga merepresentasikan sejarah, budaya dan tradisi bangsa kita dengan cara yang unik dan khas.
Seperti halnya perjalanan perfilman Indonesia, film dengan genre laga pun pernah mengalami jatuh-bangun dan bahkan sempat mati suri. Meskipun demikian, produksinya masih terus berjalan meski membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit. Film laga atau film silat harus tetap ada, untuk itu dibutuhkan keberanian para sineas dan rumah produksi untuk melahirkannya. Dan berikut ini adalah film-film yang memiliki peranan penting dalam perjalanan panjang perfilman Silat. Film-film yang diproduksi dengan penuh keberanian dan kreativitas.

Ateng Pendekar Aneh

Film ini dirilis di sekitar tahun 1977-1978 dan disutradari oleh Imam Tantowi serta dibintangi oleh komedian-komedian kelas wahid di masa itu, seperti Ateng, Iskak, S. Bagio, Darto Helm, Sol Soleh, Sup Jusup, S. Diran dan banyak lagi.
Kisahnya bermula di sebuah perguruan silat bernama Kuntul Putih yang dipimpin oleh guru Sekarwangi. Suatu hari, Sekarwangi mendapat kabar bahwa salah satu muridnya yang bernama Anom Subali dan gerombolannya menebar kejahatan di tengah masyarakat. Mendengar hal itu, Sekarwangi kemudian mengutus dua muridnya yang baru saja lulus, Ateng dan Iskak untuk menghentikan ulah jahat Anom Subali. Demi kesuksesan misi tersebut, Sekarwangi juga membekali kedua muridnya dengan pusaka-pusaka sakti, Selendang Angkin untuk Ateng dan Seruling Sakti untuk Iskak.
Ateng Pendekar Aneh bisa dikatakan sebagai film komedi dengan latar belakang dunia persilatan. Tentu saja film ini lebih banyak menampilkan unsur komedi ketimbang unsur laganya. Meskipun demikian film ini tetap menggunakan konflik-konflik khas film silat, seperti konflik guru-murid atau misalnya perebutan pusaka. Secara keseluruhan, film ini menjadi penting karena menjadi warna tersendiri baik untuk film dengan genre komedi maupun untuk genre film silat di Indonesia.

Tutur Tinular

tutur tinular, salah satu film silat indonesia
Film silat ini berkisah tentang perjalanan hidup Arya Kamandanu dengan berbagai konfilk yang mewarnai perjalanannya. Kisahnya bermula dari kekecewaan Arya Kamandanu karena kekasihnya direbut oleh kakaknya kandungnya sendiri. Ia kemudian membawa kekecewaannya itu untuk lebih memperdalam ilmu kanuragan dari gurunya Mpu Ranubhaya. Perjalanannya dalam menimba kesaktian akhirnya membawanya untuk mewarisi pedang sakti Naga Puspa ciptaan gurunya.
Pengembaraan Arya Kamandanu kemudian membawanya bertemu dengan Mpu Tong Bajil, yang kelak menjadi musuh bebuyutannya dan juga Raden Sanggramawijaya, tokoh pendiri Majapahit. Kelak bersama Raden Wijaya, Ranggalawe, Gajah Biru, Lembu Sora dan lain-lain, Arya Kamandanu berjuang menghancurkan Jayakatwang sekaligus mengusir pasukan Mongol dari tanah Jawa. Ia pun menjadi bagian penting ketika Raden Wijaya mendirikan kerajaan Wilwatikta atau yang kita kenal sebagai Majapahit.
Tutur Tinular adalah salah satu film silat Indonesia yang berlatar belakang sejarah kerajaan Nusantara. Bermula dari sandiwara radio yang cukup sukses, cerita karangan S. Tidjab ini kemudian diangkat ke layar lebar di tahun 90an, dan layar kaca di akhir 90an hingga awal 2000an. Tutur Tinular menjadi sangat penting karena hampir seluruh film silat indonesia di masa-masa itu, merujuk pada film ini. Ceritanya pun tidak membosankan dan memiliki ragam tragedi dan konflik, yang membuat film ini tidak pernah ada matinya.

Pendekar Tongkat Emas

pendekar tongkat emas, salah satu film silat indonesia
Film ini dirilis sekitar tahun 2014, diproduksi oleh Miles Film dan disutradarai oleh Ifa Isfansyah. Pendekar Tongkat Emas adalah film yang lahir di saat film silat Indonesia dalam keadaan mati suri. Kehadirannya sangat penting karena seolah menunjukkan bahwa film silat Indonesia belum mati. Selain itu, film ini juga menjadi warna tersendiri dari perfilman Indonesia yang ketika itu didominasi oleh genre horor dan drama.
Kisahnya bermula ketika Cempaka (Christine Hakim), sang pendekar tongkat emas, memutuskan untuk mewarisi pusaka tongkat emas dan jurus melingkar bumi kepada salah satu muridnya, Dara (Eva Celia). Mengetahui hal itu, Biru (Reza Rahadian) dan Gerhana (Tara Basro) tidak menerimanya. Biru sebagai murid tertua merasa berhak untuk mewarisi pusaka itu. Untuk itu ia pun tega meracuni Cempaka gurunya sendiri dan kelak membunuh Angin (Aria Kusumah) adik seperguruannya. Setelah menguasai perguruan, Biru dan Gerhana pun melakukan ekspansi dengan menaklukan perguruan lainnya dengan cara yang jahat dan licik. Sementara itu Dara yang berhasil melarikan diri, ditolong oleh Elang (Nicholas Saputra) anak dari Cempaka dan Naga Putih (Slamet Rahardjo). Bersama dengan Elang, Dara kemudian mempelajari jurus melingkar bumi yang tadinya memang merupakan jurus berpasangan milik pasangan Cempaka dan Naga Putih. Dengan jurus itu, akhirnya kedua pendekar itu berhasil mengalahkan Biru dan Gerhana.
Pendekar Tongkat Emas adalah film silat yang menawarkan nuansa yang baru. Ia menampilkan suatu dunia imajinasi yang merupakan perpaduan antara budaya Nusantara dan Tingkok. Satu hal yang jarang kita temui pada film-film silat Indonesia sebelumnya. Meskipun demikian, karakteristik konflik khas film Silat tetap dipertahankan dan menjadi unsur cerita utamanya.

Merantau

merantau salah satu film silat indonesia
Kemunculannya cukup membuat penasaran kala itu. Gerakan-gerakan khas Silek Harimau yang diperlihatkan oleh Yuda (Iko Uwais) seolah membawa kita bernostalgia pada serial Sengsara Membawa Nikmat di tahun 90an dulu. Namun dengan balutan yang lebih modern dan lebih bertenaga. Kehadiran film Merantau ketika itu, layaknya oase di tengah kegersangan film-film laga.
Filosofi merantau khas tradisi masyarakat Minang ditampilkan di awal film ini sekaligus menjadi alasan, mengapa Yuda, harus pergi ke kota. Konflik khas film laga menjadi warna utama film ini, di mana Yuda harus menyelamatkan Astri (Chika Jessica) dari jeratan organisasi Human Trafficking yang dipimpin oleh Ratger (Mads Koudal) dan tangan kanannya Luc (Laurent Buson). Berbagai ketegangan muncul di film ini silih berganti dengan baku hantam khas film-film laga Hongkong. Sebuah warna baru yang luar biasa menghibur.
Merantau adalah film yang disutradarai oleh Gareth Evans, hal ini pula yang menjadikan film ini sangat ditunggu-tunggu ketika itu. Film ini menjadi sangat penting untuk perfilman Indonesia karena melalui film inilah kelak, Indonesia merambah Holywood melalui Iko Uwais yang berhasil bermain di beberapa film besar seperti Star Wars dan yang terbaru adalah Mile 22. Film ini juga menunjukkan kepada dunia bahwa ada seni beladiri yang begitu indah bernama Pencak Silat.

Wiro Sableng 212

wiro sableng salah satu film silat terbaik indonesia
Wiro Sableng lahir dari tangan Bastian Tito, sebuah cerita silat yang jenaka, dramatis namun tetap memiliki karakter khas cerita-cerita silat klasik dengan perguruan silat, pusaka, jurus-jurus sakti serta latar belakang sejarah sebagai unsur-unsur utamanya. Cerita ini sempat diangkat ke layar kaca dalam bentuk serial di tahun 90an yang cukup mendulang sukses ketika itu.
Kali ini, bersama Fox International Production, anak dari 20th Century Fox, Wiro Sableng diangkat ke layar lebar, dengan tokoh utama yang diperankan oleh Vino G. Bastian, yang tak lain adalah putra dari sang pencipta Wiro Sableng itu sendiri.
Film ini tentu saja berangkat dari cerita aslinya. Namun sentuhan Fox International Production dan Angga Dwimas Sasongko sebagai sutradaranya membuat film silat ini menjadi cukup berbeda dengan film-film silat pendahulunya. Hal itu tentu saja dipengaruhi oleh teknologi dan CGI yang hari ini jauh lebih canggih. Terlepas dari itu, film ini menjadi suatu prestasi tersendiri, karena mungkin saja melalui film ini, kelak akan membuka gerbang internasional lebih lebar dan besar untuk film-film Indonesia, baik untuk genre silat ataupun yang lainnya.
Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel lainnya

sejarah fotografi

Sejarah Fotografi Singkat

Sejarah kelahiran fotografi pada dasarnya diawali oleh dua peristiwa penemuan yang pertama adalah teknik proyeksi citraan atau imej yang disebut camera obscura dan penemuan bahan

Read More »