Faux Painting adalah tehnik menggambar pada dinding yang sangat purba. Sejarah Faux Painting sendiri dapat kita telusuri pada masa-masa prasejarah.
Banyak cara untuk mengolah dan mengeksplorasi dekorasi pada dinding. Dinding juga dapat diolah dengan mengaplikasikan beragam warna untuk mencapai dekorasi dengan mood tertentu.
Beberapa waktu belakangan ini, dunia dekorasi rumah atau seringkali kita kenali sebagai Homedecor cukup menggeliat sangat pesat. Hampir semua orang ingin menunjukkan identitasnya melalui dekorasi yang unik pada rumah mereka.
Beragam gaya mulai dari Victorian, Rustic, hingga Shabby Chic banyak digunakan sebagai elemen-elemen pendukungnya. Bahkan tidak sedikit pula yang menggabungkan berbagai gaya tersebut secara ekletik – bercampur antara satu dengan yang lainnya.
Untuk mencapai nuansa dekoratif yang diinginkan tentu saja penggunaan elemen-elemen tersebut, adalah hal yang sangat mutlak harus dilakukan, mulai dari pemilihan furnitur yang tepat, ditambah dengan penekanan pada wall decor – dekorasi dinding dan yang paling mendasar adalah dinding itu sendiri.
Dinding sudah barang tentu adalah hal yang paling essensial dari suatu bangunan atau rumah. Selain fungsinya sebagai penopang, dinding pun dapat berfungsi sebagai sekat ruangan yang memberikan fungsi tertentu sekaligus privasi pada suatu ruang.
Meskipun demikian, sebuah dinding juga berperan penting dalam hal dekorasi ruangan atau rumah, dengan mengolah dan mengeskplorasi dinding itu sendiri, kita akan mendapat nuansa dan gaya yang berbeda sesuai dengan yang kita inginkan.
Banyak sekali cara untuk dapat mengolah dan mengeksplorasi dinding, mulai dari menggantungkan berbagai elemen dekorasi, seperti karya lukisan, kerajinan atau karya fotografi. Dinding juga dapat diolah dengan mengaplikasikan beragam warna untuk mencapai mood tertentu.
Di sisi lain, dinding juga dapat berfungsi sebagai kanvas atau kertas yang siap untuk kita olah dengan berbagai elemen visual. Salah satu tehnik melukis dinding atau bisa dikatakan sebagai salah satu tehnik finishing pada dinding adalah Faux Painting.
Istilah Faux Painting mungkin kurang sedikit familiar untuk kita di Indonesia, namun tehnik finishing ini ternyata sudah dilakukan sejak berabad-abad yang lalu. Faux Painting berasal dari bahasa Perancis Faux bermakna salah, sementara Painting, seperti yang sudah kita ketahui, berasal dari bahasa Inggris, yang berarti, melukis atau mengecat.
Sejarah Faux Painting sendiri dapat kita telusuri pada masa-masa prasejarah di mana manusia ketika itu banyak menggambar pada dinding-dinding gua, sebagai tempat tinggal mereka. Praktik ini berlanjut pada masa-masa setelahnya, misalnya di zaman Mesir Kuno, di mana pada dinding-dinding piramida ditemukan kisah-kisah yang disampaikan oleh bahasa gambar atau bahasa visual.
Tehnik menggambar pada dinding ini, baru digunakan secara dekoratif pada masa peradaban Mesopotamia, di mana ketika itu sudah ditemukan tehnik plesteran semen – stucco.
Tehnik ini terus-menerus berkembang hingga ke zaman klasik atau zaman Yunani-Romawi. Pada masa ini, praktik lukisan dinding menjadi lebih berkembang. Lukisan tidak lagi berbentuk kisah atau cerita, tetapi dominan pada fungsi dekoratifnya.
Lukisan berupaya meniru – mimesis benda-benda alam, atau dalam hal ini, tekstur-tekstur natural. Oleh karena itu, pada masa ini, banyak ditemukan lukisan-lukisan yang berupa tekstur kayu tiruan, tekstur batu alam dan sebagainya. Nilai mimesis – peniruan pada masa ini sangatlah kuat, sehingga seorang kreator yang bekerja dengan tehnik ini dapat dikatakan berhasil ketika ia dapat mengelabui para apresiatornya yang mengganggap bahwa lukisannya adalah benar-benar benda yang sesungguhnya.
Tehnik Faux Painting sempat menghilang atau dikatakan tidak populer di beberapa masa, namun sekitar abad ke-19 Masehi, ketika gaya-gaya klasik mulai bangkit lagi dalam bentuk NeoClassic, maka pada masa itu Faux Painting pun kembali populer. Di masa-masa kemudian tehnik ini memang semakin populer dalam arti, banyak yang mengolah dan mengeskplorasinya pada bentuk-bentuk yang berbeda.
Tehnik ini juga sempat mencuat tepat di masa Art Deco di awal-awal abad ke-20 dan berkembang sebagai bentuk dekoratif pada ruang-ruang publik dan komersil. Di kemudian hari, tehnik Faux Painting dielaborasi lebih lanjut dalam bentuk perumusan metode-metode dan jenis-jenis tehnik yang ada di dalamnya. Baca artikel selanjutnya…
Sumber:
Shekhar, R.K.C. (2005) Academic Dictionary of Architecture. Delhi: Isha Books, p. 110. ISBN 9788182051850
www.wikipedia.org