Pada dasarnya karya fotografi bertujuan untuk mengkomunikasikan sesuatu, baik itu berupa pesan maupun gagasan. Untuk proses komunikasi itu tentu saja dibutuhkan bahasa visual agar pesan atau gagasan dapat tersampaikan dengan baik.
Cara Ungkap Dalam Fotografi
Bahasa yang digunakan di dalam fotografi, tentu saja berbeda dengan bahasa teks yang lugas, jelas dan terbaca. Fotografi bukan berada di wilayah itu, melainkan berada di wilayah visual, oleh karena itu, bahasa yang digunakan pun adalah bahasa visual yang digolongkan ke dalam bahasa non-verbal. Secara umum ada lima jenis bahasa yang biasa digunakan di dalam fotografi, yaitu :
a. Performance Language : Bahasa ini menampilkan ekspresi muka – facial expression, bahasa isyarat – gestural language, bahasa tindak – visible action, dan bahasa tidak tampak – non visible action.
b. Motion Language : Bahasa ini lebih banyak dieksekusi dengan penguasaan tehnik fotografi, bahasa ini melingkupi time exposure, zooming in, zooming out, multiple exposure, panning dan freezing – stop action.
c. Composition Language : Bahasa ini dilakukan dengan mengelaborasi berbagai elemen-elemen dasar visual, seperti warna, tekstur, cahaya, garus, bentuk dan tata letak.
d. Sign Language : Bahasa ini lebih banyak dieksekusi dengan memanfaatkan tanda, simbol dan indeks yang ada dalam lingkup sosio-kultur masyarakat tertentu. Kualitas tanda simbol dan indeks ada yang bersifat universal dan global, tetapi ada juga yang bersifat spesifik dan unik di setiap bangsa dan budaya. Seorang fotografer harus jeli melihat hal tersebut jika ingin mengkomunikasikan pesan melalui “bahasa tanda’ ini.
e. Contextual Language: Bahasa ini sangatlah spesifik, hanya dapat dipahami oleh masyarakat atau pengamat yang memang memahami atau berada dalam konteks yang sama. Oleh karena itu, fotografi yang menggunakan bahasa ini jarang sekali ada yang bisa dipahami secara universal atau global.
Cara Tutur dalam Fotografi
Selain bahasa, hal lain yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi adalah cara bertutur. Cara bertutur ini sangat penting karena hal ini akan menentukan apakah pesan atau gagasan yang ingin disampaikan akan tersampaikan dengan baik atau tidak. Pada umumnya cara bertutur fotografi dibagi menjadi dua bentuk, yaitu ; naratif dan deskriptif.
1. Naratif
Cara tutur Naratif umumnya memiliki tema tertentu dan biasanya memiliki alur cerita yang runtut. Cara tutur Naratif terdiri dari dua bagian yaitu, Komplikasi dan Resolusi. Komplikasi adalah pemaparan kondisi awal atau bisa juga pemaparan suatu permasalahan. Sementara Resolusi adalah perubahan yang terjadi pada kondisi awal tersebut atau bagaimana akhirnya tokoh yang diangkat dapat menyelesaikan permasalahan yang dipaparkan pada bagian komplikasi. Perubahan kondisi awal atau aksi terhadap permasalahan itulah yang kemudian membentuk suatu cerita naratif.
2. Deskriptif.
Cara tutur deskriptif pada dasarnya lebih cenderung kepada pemaparan saja, tanpa ada perubahan dan pergerakan alur kisah atau cerita seperti pada cara tutur naratif. Pada cara tutur ini, seorang fotografer umumnya menitikberatkan pada kuantitas foto dalam memaparkan subject matter yang diangkatnya, bukan pada kualitas dari kisah atau ceritanya. Oleh karena itu, susunan atau sekuen foto pada cara tutur ini tidaklah terlalu penting untuk dipertimbangkan yang penting keseluruhan pemaparannya mengandung unsur-unsur 5W1H.
Dalam cara bertutur dengan orientasi naratif ada tehnik-tehnik khusus atau tehnik dasar bercerita yang umum digunakan, antara lain :
a. Cara Sanding : Diptych dan Triptych.

Cara sanding ini adalah dengan menampilkan dua (dyptych) hingga tiga (triptych) foto yang berbeda secara berdampingan atau bersebelahan dengan masing-masing foto memiliki dimensi ukuran yang sama. Cara ini bukan hanya bertujuan untuk membandingkan foto-foto yang saling disandingkan saja, tetapi juga diperuntukkan agar pengamat mendapat apa yang disebut sebagai efek ketiga – The Third Effect.
