Kota Yogyakarta selalu membuat rindu para pelancong yang pernah mengunjungi kota ini, termasuk Saya. Bagaimana tidak, kota ini dibaluti dengan seni, tradisi serta sejarah yang kuat.
Setiap sudut kotanya pun menawan. Para pelancong dimanjakan oleh suasana kota tanpa hiruk-pikuk modrenitas yang menyilaukan. Mata dimanjakan oleh ornamen-ornamen estetik khas keraton dan telinga tak dipekakkan dengan bisingnya kendaraan. Namun satu hal yang membuat saya rindu dari kota ini yaitu, Keraton Ratu Boko di sore hari.

Letaknya di Kabupaten Seleman, 18 kilo dari pusat kota Yogyakarta. DI bukit dengan ketinggian 196 meter dari permukaan laut dengan luas kira-kira 25 hektar, sisa-sia Keraton Ratu Boko itu berdiri. Walau hanya tinggal reruntuhan-reruntuhan bangunan, Kraton Ratu Boko tetap menunjukkan kemegahannya.

Udara yang sejuk dan sinar mentari membuat sisa-sisa Keraton ini semakin eksotik. Pemandangan sekitaran candi yang hijau memperkuat kecantikannya. Perpaduan yang ciamik antara manusia dan alam. Saya jadi takjub dengan estetikan nenek moyang kita dulu.
Pada sore hari, reruntuhan bangunan bekas kerajaan Medang pada masa Wangsa Sailendra ini tampak semakin cantik disinari matahari sore yang lembut. Cahaya itu membuat bebatuan candi yang tadiya berwarna hitam keabu-abuan berubah menjadi warna keemasan. Sungguh pengalaman visual yang menakjubkan.
