Pinisi Resto & Glamping Lake Side, Tempat Wisata Unik di Ciwidey

“Pinisi Resto & Glamping Lake Side.” Terletak tepat di tepi Situ Patengan, Ciwidey, Jawa Barat, sebuah restauran unik berbentuk Pinisi berdiri anggun mengundang untuk dikunjungi.

Masih di lokasi yang sama, tenda-tenda putih Glamping Lake Side berjajar mengelilingi tepian danau. Khusus bagi mereka yang ingin merasakan pengalaman menginap di tepi danau.
Sekarang ini, obyek-obyek seperti “Pinisi Resto & Glamping Lake Side” memang sedang menjadi trend di kalangan para penggila wisata. Tak heran memang, karena selain sangat “instagrammable,” tempat-tempat semacam ini pun menawarkan nuansa eksotisme yang luar biasa.
Kecenderungan untuk membangun obyek wisata semacam ini memang sedang banyak bermunculan. Terutama di kota-kota yang memiliki potensi wisata yang tinggi. Meskipun demikian, untuk membangun obyek semacam ini bukanlah hal yang mudah. Selain modal yang besar. Dibutuhkan juga konsep dan desain yang kuat dan konsisten. Tak lupa juga dukungan material yang tepat.
pinisi resto ciwidey
Bagian haluan kapal yang menjadi spot favorit pengunjung.
Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh Pinisi Resto & Glamping Lake Side tentu saja terletak pada faktor lokasinya. Kelebihan itu pun direspon baik dengan memanfaatkan “kapal terdampar” sebagai konsep utamanya. Konsep ini pun menjadi semakin kuat dengan penggunaan kayu sebagai material utamanya. Baik itu dari konstruksi maupun pada furniturnya.
Tidak berhenti di situ saja, sentuhan gaya desain Rustic pada material kayunya pun memberikan kesan khas yang memperkuat konsep. Di samping itu, ornamen-ornamen dekorasi seperti patromak, lampu-lampu dan tambang khas dermaga pada kapal ini pun tampak sangat konsisten menghiasi keseluruhan ruang interior. Bahkan hingga ke area haluan kapal.
Bagian lanskap, atau ruang eksterior di sekitar obyek ini dikemas dengan memanfaatkan ornamen-ornamen dekorasi khas dermaga yang serupa. Selain faktor efesiensi, penggunaan ornamen itu pun menunjukkan konsistensi desain pada setiap bagiannya.
Hal menarik lainnya adalah, jalan masuk utama menuju kapal. Pada bagian ini, dibangun jembatan gantung dari tambang dan kayu. Sebagai elemen tambahan, di area parkir terdekat juga diberikan nuansa gaya Rustic dalam bentuk food truck. Nuansa yang sama juga hadir di lokasi Glamping Lake Side. Tenda-tenda putih Glamping yang berjajar di tepian danau dan kebun teh menjadi satu kesatuan konsep dengan restaurannya.
Obyek-obyek seperti Pinisi Resto ini dapat dikatakan sebagai hal baru, namun jika ditelusuri berdasarkan roots atau aspek kesejarahannya, obyek-obyek semacam ini ternyata tidak lepas dari perkembangan “Boutique Hotel.” Istilah “boutique” atau dalam bahasa Indonesia diserap menjadi “butik,’ mulai diperkenalkan sebagai salah satu jenis hotel, sekitar tahun 80an.
Ketika itu, Bill Kimpton mendirikan hotel yang cukup berbeda pada masanya. Diikuti selanjutnya oleh Ian Schrager dan Steve Rubell beberapa tahun kemudian. Pada satu momen, Steve Rubell melihat perbedaan yang cukup signifikan pada hotelnya setelah membandingkannya dengan hotel-hotel lainnya. Pada saat itu pula, ia kemudian mengasosiasikan istilah “boutique” pada hotelnya.
“Boutique Hotel” sendiri memiliki kelebihan pada kemasan tema-tema atau gaya-gaya yang kuat dan spesifik. Selain itu, Fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan pun lebih terasa unik dan personal jika dibandingkan dengan hotel-hotel konvensional. Pada perkembangan selanjutnya, istilah “boutique” lebih banyak dipahami sebagai suatu kata sifat yang menjelaskan sesuatu yang memiliki konsep dan tema yang kuat, unik dan personal.
Istilah ini kemudian berkembang dan banyak digunakan untuk banyak produk-produk lifestyle yang mengandalkan servis – jasa sebagai core bisnis utamanya. Tak heran jika kemudian banyak bermunculan, jenis-jenis produk semacam, “boutique cafe,” “Boutique Resto” dengan tema-tema yang unik dan kuat.
pinisi resto ciwidey
Tempat menginap di Glamping Side Lake, Ciwidey
Untuk Glamping – Glamorus Camping, sebenarnya memiliki sejarahnya sendiri. Aktivitas kemping mewah ini dapat ditelusuri mundur hingga ke abad 16 Masehi. Tercatat dalam sejarah bahwa pada masa itu, Earl of Atholl, seorang bangsawan Skotlandia mendirikan tenda mewah dengan berbagai perlengkapan istananya ketika sedang mengunjungi raja James V.
Selain itu, ada juga kisah di tahun 1520, tepat ketika diadakannya pertemuan diplomatik antara Inggris dan Perancis yang diwakili oleh Henry VIII dan Francis I. Pada pertemuan itu, berdiri tidak kurang dari 2.800 tenda berikut dengan barang-barang dan perlengkapan mewah khas istana Inggris dan Perancis sebagai pelengkapnya. Tradisi semacam ini, bukan hanya ada di kerajaan Eropa Barat saja, tetapi juga di kerajaan Ottoman, Turki.
Pada masa ekspedisi militer Ottoman, selain rombongan tentara dan perlengkapannya, ada juga rombongan khusus yang membawa tenda-tenda mewah dan berbagai perlengkapannya untuk kebutuhan raja dan keluarganya. Selain itu, dibawa pula para seniman dan pengrajin di dalam rombongan itu yang bertugas sebagai pemelihara berbagai kemewahan yang dibawa di dalam rombongan ekspedisi.
Di masa modern, sekitar tahun 1920an, aktivitas “Safari Afrika,” menjadi semacam hal wajib untuk para kaum elite di Eropa dan Amerika. Hal yang menarik dari aktivitas ini adalah, meskipun mereka bertujuan untuk mencari petualangan di alam liar, namun para masyarakat elite ini tidak bisa melepaskan gaya hidup mewah mereka. Untuk itu, maka tenda-tenda mereka pun dibuat sedemikian rupa agar para elite itu tetap dapat merasakan sensasi petualangan, sekaligus tidak meninggalkan kenyamanan dan kemewahan.
Aktivitas Glamping hari ini sebenarnya tidak begitu jauh berbeda dengan yang ada di masa lalu. Aktivitas yang juga dikenal sebagai “Boutique Camping” atau “Luxury Camping” ini tetap menawarkan dua sensasi berbeda dalam satu kemasan. Glamping saat ini memang sedang menjadi aktivitas favorit, terutama bagi mereka yang mencari petualangan liar sebagai bentuk eskapisme dari kepenatan hidup di perkotaan.

Sumber:

www.pinisicamprancabali.com
www.nativeindonesia.com
www.king-adventure.com
www.skift.com
www.wikipedia.org
Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel lainnya

Klasifikasi Dalam Fotografi

Berdasarkan Mirriam Webster, fotografi didefinisikan sebagai suatu seni atau proses produksi imaji dengan menggunakan radiasi energi terutama energi cahaya pada sebuah material sensitif cahaya, bisa

Read More »