Komposisi Dasar Dalam Fotografi

Di dalam fotografi, sebuah komposisi mengambil posisi yang sangat penting. Karena dengan komposisi bentuk komunikasi visual di dalam sebuah foto akan mudah untuk dimengerti dan dipahami. Di dalam konteks bahasa, komposisi dapat diseterakan dengan struktur gramatika di dalam ilmu bahasa.

Oleh karena itu, selayaknya sebuah gramatika, maka komposisi visual di dalam fotografi pun pada dasarnya memiliki karakter-karakter yang sama yaitu ; dapat dikuasai secara alamiah oleh manusia, bahkan oleh anak-anak tanpa harus mempelajarinya secara formal, dapat terus-menerus diasah dengan berlatih secara rutin tanpa ada landasan teori formal, komposisi yang dihasilkan dapat dianalisis dari sisi teori dan aturan formalnya.
Pada dasarnya, komposisi berfungsi untuk menentukan bagaimana obyek-obyek disusun dan diseimbangkan di dalam batasan-batasa imej atau gambar. Secara singkat ketika kita melihat suatu foto yang berhasil menyampaikan pesan dari subject matter-nya dengan cara yang efektif, efisien dan menarik, maka dapat dikatakan bahwa foto tersebut memiliki komposisi yang bagus dan baik.
Komposisi fotografi dapat dipelajari dan diaplikasikan dengan cara-cara yang berbeda dan bervariasi. Penelitian tentang bagaimana sebuah komposisi terbentuk dan bagaimana hasil komposisi visual tersebut dipersepskan telah banyak diungkap oleh banyak ahli. Salah satu hasil dari banyak penelitian tersebut yang memberikan kontribusi banyak pada praktik fotografi salah satunya adalah teori Gestalt.
Teori ini dikembangkan selama periode awal abad ke-20 masehi. Teori Gestalt ini mengungkapkan bahwa pada dasarnya pikiran manusia menerima keseluruhan imej tanpa memandang pada bagian-bagian yang berada di dalamnya. Dengan kata lain gambaran besar sebuah foto atau imej visual akan tampak terlebih dahulu sebelum elemen-elemen visual yang berada di dalamnya. Berdasarkan teori Gestal, pikiran manusia pada dasarnya diatur oleh prinsip-prinsip tertentu, yaitu ;
(a). Manusia cenderung menerima imej visual dengan membedakan antara sebuah figur, obyek atau benda dengan latar yang ada di belakangnya (the figure ground relationship).
(b). Benda-benda atau obyek-obyek yang berada saling berdekatan akan dianggap sebagai satu kelompok (the principle of proximity).
(c). Benda-benda atau obyek-obyek yang sama akan dianggap sebagai satu kelompok (the principle of similarity).
(d). Manusia cenderung untuk melihat keutuhan figur, benda atau obyek, meskipun obyek tersebut kehilangan salah satu bagian informasinya (the principle of closure).
(e) Manusia cenderung menerima subjek imej senagai figur yang berkelanjutan (the principle of continuity).
Dalam hal membuat sebuh komposisi yang baik, teori Gestalt dapat dipandang sangat berguna bagi para fotografer, karena teori ini dapat membantu untuk menjelaskan mengapa kebanyakan orang cenderung sangat berbeda dalam mempersepsikan karya-karya fotografi dengan bagaimana ketika mereka merekam dan mendokumentasikan sesuatu secara fotografis.
Pada persepsi visual, faktor-faktor seperti jarak antara subyek dan latar belakang dapat memberikan satu informasi tertentu. Di dalam fotografi, informasi-informasi tersebut bisa berupa kontras, tonalitas dan warna. Oleh karena itu, di dalam praktik fotografi, seorang fotografer haruslah memperhitungkan faktor-faktor tersebut untuk dapat menghasilkan satu komposisi fotografi yang baik.
Salah satu bentuk komposisi fotografi yang paling dikenal adalah rule of thirds. Bentuk komposisi ini adalah menempatkan elemen visual terpenting di dalam persimpangan dari garis-garis imajiner yang membagi imej atau gambar menjadi tiga bagian secara horizontal dan vertikal. Komposisi rule of thirds ini menghindari penempatan obyek terpenting untuk berada di tengah-tengah. Dengan menggunakan bentuk komposisi ini, akan menghasilkan komposisi foto yang menarik, seimbang dan tidak membosankan.
Komposisi dalam fotografi
Contoh foto dengan tehnik rule of thirds
Prinsip atau bentuk komposisi yang lain adalah dengan menghindari penumpukkan obyek. Hal ini terjadi jika objek yang berada pada latar depan – foreground terlalu dekat dengan obyek-obyek yang berada pada latar belakang. Berdasarkan pada teori fotografi tradisional, hal ini akan menyebabkan pengamat melihat obyek-obyek yang difoto sebagai satu kesatuan dan foto juga akan terlihat tidak berdimensi.
Prinsip selanjutnya adalah menyusun obyek-obyek ke dalam satu garis lurus di dalam komposisinya. Garis merupakan elemen visual dasar dan juga bentuk dasar geometrik bersama dengan titik dan bentuk. Berdasarkan teori tradisional, garis akan memancing perhatian pengamat pada titik yang menjadi daya tarik suatu foto. Garis juga dipandang sebagai elemen yang sangat penting karena elemen ini berkontribusi banyak terhadap mood dari suatu karya fotografi. Selain itu, garis dalam berbagai bentuk juga membawa makna-makna tertentu. Misalnya garis vertikal mengandung makna kekuatan, garis horizontal identik dengan ketenangan dan garis diagonal dengan hal-hal yang bersifat dinamis.
Komposisi dalam fotografi
Contoh foto dengan tehnik “S” Composition
Komposisi yang berdasarkan garis juga dapat dikembangkan menjadi bentuk kurva. Secara umum, kurva diasosiasikan dengan keagungan dan kebanggaan. Bentuk kurva ’S” adalah yang paling banyak digunakan oleh para fotografer profesional. Bentuk komposisi ini akan menampilkan satu komposisi fotografi yang elegan.
Membuat sebuah komposisi fotografi pun bisa dilakukan dengan beragam cara lainnya, misalnya dengan memanfaatkan pola-pola atau pattern-pattern yang indah, orientasi sudut pandang vertikal dan horizontal, atau pemanfaatan tekstur pada background atau foreground. Perlu diingat bahwa tidak ada satu komposisi spesifik yang dapat membuat foto yang kita ambil menjadi baik, namun semuanya akan tergantung pada konsep, subject matter dan visi fotografernya ketika mengambil sebuah foto.
Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel lainnya