Isaac Newton, Goethe dan Pandangan Mereka terhadap Warna

issac newton
Isaac Newton berhasil menguak rahasia cahaya itu. Ia mengungkap tabirnya dan membawa pandangan baru tentang cahaya dan warna pada dunia.
Cahaya tak hanya menerangi. Ia tak lagi hanya sekedar pelita. Cahaya membawa energi dan harapan. Pun ia menawarkan kebijaksanaan dalam rupa pengetahuan yang misterius. Namun tidak tertutup rapat. Ia terbuka untuk siapapun yang berkemauan keras untuk masuk dan mengungkapnya. Tentu tak sia-sia, apa yang ditawarkannya membawa cara pandang baru tentang sesuatu yang tak seorang pun tahu sebelumnya, membawa dunia pada lembaran baru yang bernama masa depan.
Cahaya pada awalnya adalah sebuah misteri yang tertutup rapat. Ia hanya dipandang tak lebih dari belas kasih sang mentari pada bumi. Konsepnya kemudian ditiru agar bumi terus benderang bagaimana pun kondisi kegelapannya. Pelita, selanjutnya hadir sebagai manifestasi cahaya yang dimanipulasi manusia, dalam beragam bentuknya. Tidak hanya sebagai penerang, cahaya ternyata menyimpan rahasia lain pada dirinya. Nun berabad-abad yang lalu, sekitar abad ke-17 Masehi, Isaac Newton berhasil menguak rahasia cahaya itu. Ia mengungkap tabirnya dan membawa pandangan baru tentang cahaya dan warna pada dunia.
sketsa percobaan isaac newton
Sketsa percobaan Isaac Newton terhadap cahaya di kamarnya.
Sesungguhnya percobaan untuk membongkar ‘cahaya’ sudah dilakukan berkali-kali, hingga pada satu saat muncul satu dugaan yang berkembang menjadi teori yang disepakati. Namun dengan rasa ingin tahu yang luar biasa, Newton tidak begitu saja tunduk pada teori itu. Ia berangkat pada satu dugaan tertentu, dan kemudian membuktikannya sendiri.
Newton memasang prisma pada jendela di kamarnya, yang kemudian menghasilkan biasan berupa spektrum cahaya di dinding kamarnya. Pada masa itu, sudah muncul teori bahwa prisma memang berfungsi untuk mewarnai cahaya, namun Newton tidak percaya begitu saja. Dari spektrum warna di dinding kamarnya ia kembali membiaskannya untuk akhirnya warna-warna itu kembali bersatu menjadi satu pancaran cahaya. Percobaannya itu ternyata membuktikan dugaannya, sekaligus mematahkan teori sebelumnya yang salah satunya didukung oleh Robert Hooke, seorang filsuf dan pemikir terkemuka ketika itu.
Tidak hanya itu, Newton kemudian membuat diagram warna berdasarkan spektrum yang terbias pada dinding kamarnya. Inilah yang kemudian menjadi satu hal baru, satu cara pandang baru tentang cahaya dan warna ketika itu. Diagram roda warna yang kelak kita kenal sebagai Color Wheel, menjadi satu acuan bagi para pekerja rupa di kemudian hari untuk menentukan kombinasi, dan komposisi warna bagi karya-karya yang dibuat. Bahkan diagram itu masih digunakan hingga hari ini.
Diagram warna yang terinspirasi oleh Isaac Newton
Diagram Warna yang terinspirasi dari percobaan Newton.
Seperti halnya Newton, Goethe yang muncul di dua abad kemudian, menaruh kecurigaan pada teori warna temuan pendahulunya itu. Ia tidak percaya cahaya dan warna hanyalah persoalan pembiasan dan pemantulan cahaya pada obyek belaka. Goethe menduga bahwa ada peran otak dan persepsi manusia dalam menerima warna yang dibawa oleh cahaya. Warna adalah informasi yang didapat manusia melalui organ visual yang kemudian diteruskan ke otak. Warna-warna itu dapat memunculkan sensasi dan impresi ketika informasi itu diolah dalam cara-cara tertentu. Oleh karena itu, Goethe berpendapat bahwa warna dari sebuah obyek akan bergantung pada pencahayaan, obyek itu sendiri dan persepsi manusia. Dari pemikiran itu, dunia kemudian mengenal bagaimana warna-warna ternyata memiliki dampak pada manusia berdasarkan persepsinya. Warna dapat menjadi sangat harmonis, sekaligus dapat saling beroposisi pada saat yang sama tergantung pada persepsi manusia bukan hanya sekedar aksi cahaya pada mata kita saja.
Teori-teori tersebut berkembang pesat dan menjadi pegangan bagi dunia modern barat. Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah teori-teori tersebut juga berlaku di bagian dunia lainnya, Asia misalnya. Atau lebih sempit lagi, apakah hal itu juga berlaku di kebudayaan dan tradisi Nusantara???

Artikel Selanjutnya…

Sumber:

http://rsta.royalsocietypublishing.org
http://www.openculture.com
http://www.webexhibits.org
Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel lainnya