Gitaris Legendaris bukan hanya figur gitaris yang memiliki skill gitar di atas rata-rata saja. Guitar Hero bukan pula sekedar rock star yang memiliki fan base atau groupies yang tersebar di mana-mana.
Lebih dari itu, para Guitar Hero adalah seniman, musisi dan figur yang memberikan kontribusi besar pada dunia musik melalui karya-karyanya, sekaligus menjadi inspirasi bagi para musisi di generasi selanjutnya.
Berikut ini para Guitar Hero yang kita pilih berdasarkan pengaruh-pengaruhnya bagi dunia musik dan peranannya sebagai inspirator bagi sesama musisi.
John Watson Jr (1935-1996)

Guitar Hero pertama adalah John Watson Jr, gitaris yang kelak dikenal dengan nama panggung Johnny “Guitar” Watson ini adalah musisi yang bermain dalam range genre; Blues, Soul dan Funk. Johnny juga dikenal sebagai gitaris yang bermain dengan gaya T-Bone Walker.
Karya-karya rekamannya di rentang dekade 50an hingga 60an terbilang cukup sukses. Bahkan di tahun 70an, ia dipandang sebagai musisi yang mendefinisikan kembali musik Disco dan Funk Overtones. Karir Watson cukup panjang, sebelum ia akhirnya meninggal di usia 61 tahun dalam perjalanan konsernya ke Jepang. Dalam masa empat puluh tahun berkarya di dunia musik, Watson mencatatkan lagunya “A Real Mother For Ya” sebagai pemuncak chart lagu di tahun 1977.
Pengaruh Watson cukup besar bagi musisi-musisi sekaliber Jimi Hendrix, Frank Zappa, Bobby Womack, Steve Miller, Stevie Ray Vaughan dan bahkan Etta James. Frank Zappa yang pernah berkolaborasi dengan Watson di beberapa albumnya, mengungkapkan bahwa Johnny “Guitar” Watson adalah alasan mengapa ia menjadi seorang gitaris.
Etta James, solois legendaris, juga mengutarakan bahwa Watson adalah role model utamanya. Bahkan ia meniru habis-habisan cara menyanyi Watson. Pada suatu momen banyak pengamat yang mengatakan bahwa Etta James adalah Johnny Watson versi perempuan, sementara Watson adalah Etta James versi pria.
Carl Perkins (1932-1998)

Guitar Hero yang kedua adalah Carl Lee Perkins. Oleh banyak pihak, gitaris yang dijuluki sebagai “The King of Rockabilly” ini dianggap sebagai salah satu arsitek dari genre musik Rock & Roll. Bagi para penggila musik Rockabilly, Carl Perkins ini menjadi sosok yang sangat penting. Bukan hanya karena gelarnya sebagai “raja,” tetapi juga karena Carl Perkins ini merupakan pencipta dan penyanyi asli dari lagu “Blue Suede-Shoes,” yang merupakan anthem dari genre tersebut.
Karir Perkins mungkin tidak secemerlang Elvis Presley atau Johnny Cash, yang memang rekan-rekan sejawatnya. Akan tetapi, konsistensinya dalam berkarya dan membuat lagu ternyata memberikan pengaruh yang sangat signifikan bagi para musisi yang berada di jalur Rockabilly.
Terkait dengan pengaruh Perkins pada musik Rockabilly, beberapa kritikus berpendapat bahwa hal itu terjadi karena dalam hal menciptakan lagu dan menghasilkan sound-sound, Perkins benar-benar secara konsisten tidak pernah berubah, dari sejak awal ia memainkan musik Rockabilly.
Tentang Carl Perkins, Charlie Daniel berpendapat bahwa karya-karya Perkins adalah bentuk representasi dari era Rockabilly. Bahkan sound-sound yang dihasilkannya pun benar-benar mewakili genre itu, dibandingkan dengan musisi lain yang berada pada genre yang sama.
Paul McCartney, gitaris The Beatles pun mengungkapkan betapa besar pengaruh Perkins bagi Beatles, Rock & Roll dan musik dunia secara keseluruhan. Menurutnya, tanpa Perkins, mungkin tidak pernah ada kelompok musik yang bernama The Beatles. Kehebatan dan konsistensi Perkins dalam berkarya membawanya meraih beragam penghargaan prestisius di bidang musik, seperti, Rock & Roll Hall of Fame, Rockabilly Hall of Fame, The Nashville Songwriters Hall of Fame dan Grammy Hall of Fame.
T-Bone Walker (1910 – 1975)

Aaron Thibeaux Walker adalah seorang Guitar Hero yang berada dalam genre Blues. Gitaris yang juga sekaligus penyanyi dan penulis lagu ini memberikan kontribusi penting dalam menggagas gaya Jump Blues. Selain itu, sebagai gitaris generasi pertama yang menggunakan gitar elektrik, Walker memberikan kontribusi terhadap lahirnya sound-sound electric pada musik Blues. Kelak dikenal dengan istilah Sound Electrical Blues.
Dengan berbagai prestasi dan kontribusinya terhadap dunia musik, T-Bone Walker mendapat kehormatan untuk masuk ke dalam Blues Hall of Fame di tahun 1980 dan Rock & Roll Hall of Fame di tahun 1987.
Pengaruh T-Bone Walker bagi dunia musik sangatlah luar biasa. Namanya bahkan berkembang menjadi salah satu gaya bermain gitar Blues “T-Bone Walker Style.” B.B King, salah satu bagian dari “Three King of the Blues Guitar,” mengungkapkan bahwa T-Bone Walker adalah figur yang menginspirasinya untuk memilih gitar elektrik sebagai instrumen musik utamanya.
Sosok Walker ini pun menjadi idola bagi rock star sekelas Jimi Hendrix. Menurut Hendrix, dari sosok T-Bone Walker-lah, ia meniru atraksi panggung seorang gitaris rock, baik itu memainkan gitar dengan gigi atau memainkannya di bagian belakang kepala.
Django Reinhardt (1910 – 1953)

Terlahir dengan nama Jean Reinhardt, Guitar Hero beraliran Jazz dari Perancis ini dianggap sebagai salah satu gitaris terhebat di sepanjang abad ke-20 Masehi. Ia pun merupakan gitaris Jazz pertama dari Eropa yang memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan bentuk musik Jazz di dunia. Bahkan hingga hari ini, peran dan pengaruhnya di musik Jazz kontemporer masih sangat penting dan signifikan.
“Django,” sebagai nama panggung dari Jean Reinhardt, memiliki makna dan kisah menarik di baliknya. Ketika ia berusia delapan belas tahun, Reinhardt mengalami suatu insiden kecelakaan yang menyebabkan ia harus kehilangan dua jari; jari manis dan kelingking di tangan kirinya. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap seorang gitaris, tanpa jari-jemari yang utuh, tidak mungkin seorang gitaris dapat memainkan gitarnya dengan sempurna.
Pada saat itu pun, semua orang yakin bahwa Reinhardt tidak akan dapat lagi bermain gitar. Namun dengan tekad dan kegigihan yang luar biasa, Reinhardt ternyata mampu membalikkan pandangan semua orang. Dengan segala keterbatasannya, ia dapat bermain gitar kembali dengan hanya dua jari yang tersisa. Dan justru dengan cara seperti itu, ia menemukan gaya baru yang menyegarkan dalam bermain musik Jazz. Gaya itu kelak dikenal sebagai Gypsy Jazz.
Di kemudian hari, ia menggunakan nama “Django” sebagai nama panggungnya. “Django” memiliki makna “bangkit” atau “kebangkitan,” persis seperti “kebangkitan” yang ia alami setelah peristiwa naas yang menghantamnya.
Pengaruh musik Django yang identik dengan gitar Selmer tidak begitu saja menyebar. Terutama di periode tahun 50an, di mana banyak aliran musik Jazz seperti Bee Bop atau Rock & Roll mengambil tempat utama kala itu. Belum lagi di masa itu, adalah masa di mana instrumen elektrik sedang dalam puncak popularitasnya.
Pengaruh Django mulai terasa pada dekade berikutnya. Di pertengahan tahun 60an, banyak musisi Jazz yang membangkitkan kembali Jazz ala Django dengan Gypsy Jazz-nya. Pengaruhnya semakin kuat pada masa-masa selanjutnya hingga abad ke 21 ini.
Robert Johnson (1911-1938)
