Sejarah Fotografi Singkat

sejarah fotografi

Sejarah kelahiran fotografi pada dasarnya diawali oleh dua peristiwa penemuan yang pertama adalah teknik proyeksi citraan atau imej yang disebut camera obscura dan penemuan bahan material sensitif cahaya yang dapat menampilkan representasi imej dengan perlakuan tertentu.

Meskipun demikian belum ada catatan sejarah maupun bukti tentang praktik fotografi sebelum abad ke 18 masehi. Oleh karena itu, berbagai ahli dan sumber seringkali mengungkapkan bahwa sejarah awal “praktik” fotografi lahir di abad ke 18 masehi.
Dalam catatan sejarah, disebutkan bahwa pada abad ke 18, seseorang bernama Johann Heinrich Schulze berhasil menampilkan representasi imej pada media sensitif cahaya, namun ketika itu, apa yang dihasilkannya belum dapat bertahan lama. Di awal abad ke 19 percobaan lain dilakukan oleh Thomas Wegwood dan Humphry Davy untuk mempermanenkan imej yang diambil dari konsep kerja fotografi. Percobaan mereka pun belum berhasil, terutama pada detail imej. Namun mereka sudah mampu untuk membuat cetakan yang permanen meskipun imej yang dihasilkan cenderung rusak dan tidak jelas.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya di pertengahan tahun 1820an, Joseph Nicepohe Niepce melalukan hal yang sama. Meskipun ia mengalami kegagalan pada awal percobaan, namun kemudian ia berhasil mematenkan imej pada material cetakan. Pada waktu itu Niepce membutuhkan waktu penyinaran atau eksposur sekitar delapan jam hingga berhari-hari. Hasilnya memang masih kasar, namun setidaknya Niepce berhasil memecahkan metode mematenkan imej melalui konsep kerja fotografi.
Masih pada periode yang sama, sekitar di tahun 1839 rekan Niepce yang bernama Louis Daguerre mengevaluasi percobaan Niepce dengan mengembangkan lagi proses lainnya. Proses yang dilakukan oleh Daguerre terbilang sukses. Proses yang ia lakukan hanya membutuhkan waktu penyinaran – exposing sekitar satu menit. Citraan yang dihasilkannya pada lempengan plat terlihat sangat detail dan tajam ketika itu. Proses ini kemudian dikenal sebagai Daguerretype. Atas penemuan ini, masyarakat dunia selanjutnya menandai tahun 1839 sebagai tahun kelahiran praktik fotografi.
Pada masa selanjutnya, media cetak fotografi terus berkembang dari bentuk plat logam ala Louis Daguerre ke bentuk kertas yang lebih murah dan fleksible. Tehnik cetaknya pun berkembang, di masa selanjutnya lahirlah tehnik-tehnik cetak Callotype, Salt Print, Gum Bichromate, Cyanotype hingga masa roll film negatif yang sangat populer di abad ke-20. Era selanjutnya fotografi mengalami revolusi yang hebat setelah teknologi digital berkembang dan menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari.
Digitalisasi fotografi hampir mengubah semua aspek fotografi dan termasuk industri yang melingkupinya. Kamera digital semakin mempermudah praktik fotografi, begitu pun dengan tehnik cetaknya yang menjadi semakin cepat. Mencetak foto di era digital bisa dilakukan di mana saja, tanpa kamar gelap dan hanya dalam hitungan menit.
Perkembangan fotografi selanjutnya mendapat pengaruh yang sangat besar dari revolusi smartphone dengan kamera beresolusi tinggi dan platform digital media sosial serta berita online. Fotografi kemudian memiliki wajah baru. Fotografi tidak lagi menjadi eksklusif, ia menjadi bagian yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari masyarakat global.
Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel lainnya