Alfred Stieglitz dan kawan-kawannya mencoba mempraktikkan fotografi lain dari yang lain. Mereka menghindari aktivitas memotret lebih dari sekedar merekam realita saja. Mereka mencoba memanipulasi realita itu dengan berbagai cara.
Jalanan itu tampak temaram, tertutupi oleh guyuran salju yang jatuh tanpa terburu-buru. Tak ada aspal maupun deru mesin-mesin, yang ada hanya derap kaki-kaki kuda dan roda pedati yang berdenyit-denyit. Semuanya tampak lengang, para pedestrian pun berjalan tanpa tergesa-gesa. Gambaran itu adalah citraan yang ditampilan oleh Alfred Stieglitz pada karya yang berjudul “Winter on Fifth Avenue.” Salah satu karya foto yang dihasilkan di periode-periode awal berkarirnya sebagai fotografer.
Karya foto ini lahir di zaman di mana fotografi masih dianggap sebagai salah satu teknologi tercanggih kala itu, tepatnya di akhir abad ke sembilan belas masehi. Tampilannya cenderung samar, dan jarang sekali ditemukan foto dengan fokus yang sangat tajam pada obyek seperti kelak yang ditampilkan oleh Modernism Photography. Subyeknya pun masih berada pada wilayah perekaman realita; termasuk momen dan fakta yang ditemukan oleh si fotografer.
“Fotografi mampu memindahkan realita yang ada menjadi satu realita baru. Bukan hanya itu, fotografi juga mampu memperbanyak realita tersebut sebanyak apa pun. Semuanya itu dilakukan dengan sangat teknis dan melalui proses-proses yang ilmiah.”
Cara kerja kamera tentu saja tidak terlepas dari perilaku cahaya yang khas dalam memantul dan membias. Proses cetak foto dilakukan secara kimiawi dengan bahan-bahan kimia khusus. Semua prosesnya tampak teratur dan terukur. Dengan kemampuannya itu, tak heran fotografi pada masa itu dianggap sebagai suatu ‘keajaiban’ ilmiah – science.
Akan tetapi tidak semua orang tunduk pada status fotografi semacam itu. Mereka percaya bahwa fotografi lebih dari sekedar penemuan sains terbesar . Untuk itu, orang-orang seperti Alfred Stieglitz, Clarence White, Robert Demachy atau juga Edward Steichen, mereka bekerja dan berkarya menembus batas-batas yang ditetapkan dunia untuk fotografi.
Orang-orang itu percaya bahwa kamera memang hanya sebuah alat ilmiah belaka. tetapi fotografi layak dianggap lebih. Fotografi patut untuk dipandang sebagai sebuah medium artistik seni. Mengapa seni? karena seni adalah satu satu parameter tertinggi kebudayaan dari suatu bangsa. Dengan seni, suatu bangsa dipandang beradab dan berbudaya.
