Rococo dengan berbagai produknya sangat dicari dan diminati, khususnya bagi mereka para Bourgeois.
Bourgeois adalah kalangan elite Perancis yang sejak awal menerima kehadiran gaya ini sebagai gaya artistik baru. Pada masa itu, kerajinan-kerajinan khas Rococo tersebut dijadikan salah satu penanda status sosial.
Di balik segala alasan kemunculannya. Gaya ini sebenarnya hanyalah upaya dari sekelompok seniman dan arsitek yang merasa jenuh dengan dominasi gaya Baroque yang semakin lama semakin terasa usang. Gaya ini pun sebenarnya dapat dilihat sebagai bentuk kejahilan visual agar dapat memberikan kesegaran dan warna baru pada masa itu.
Gaya Baroque yang kokoh, kaku dan dingin dijahili oleh bentuk-bentuk khas Rococo yang hangat, riang dan jenaka. Alhasil, melalui kejahilan artistiknya, gaya tersebut seolah-olah ingin menawarkan suasana keintiman yang tidak diberikan oleh gaya artistik sebelumnya.
Keintiman itu pada dasarnya bukanlah omong kosong belaka. Karena gaya Rococo yang dimulai dari modifikasi pada ornamen-ornamen dekorasi Baroque memang kemudian merambah pada desain interior ruang-ruang personal. Alih-alih Baroque yang berfokus pada bangunan-bangunan publik dan monumental.
Rococo justru hadir pada ruang-ruang interior rumah, termasuk pajangan-pajangan berbentuk kerajinan logam dan porselen. Berbagai kerajinan gaya artistik baru itu sangat dicari dan diminati. Khususnya bagi mereka para Bourgeois – kalangan elite Perancis yang memang sejak awal menerima kehadiran Rococo sebagai gaya artistik baru. Pada masa itu, kerajinan-kerajinan khas gaya tersebut dijadikan salah satu penanda status sosial.

Karakter Rococo yang ceria dan hangat, umumnya direpresentasikan oleh ornamen-ornamen visual yang bersifat organik, natural dan lentur, seperti misalnya bentuk-bentuk cangkang kerang, liukan-liukan lidah api hingga bentuk-bentuk floral seperti bunga-bunga dan dedaunan.
Hampir semua bentuk-bentuk visual yang digunakan oleh gaya itu bersifat asimetris. Hal ini berfungsi untuk menciptakan kesan yang kontras. Selain itu, dominasi bentuk-bentuk yang asimetris pun berguna untuk menghilangkan kesan rigid – kaku yang ditampilkan oleh tata aturan arsitektur klasik, misalnya untuk menyamarkan komposisi susunan Cornice, Frieze & Architrave.
Pada masanya, bentuk-bentuk asimetris yang dibawa oleh gaya itu sebenarnya merupakan hal yang baru bagi masyarakat Eropa. Maka tak heran jika pada awalnya, gaya artistik tersebut sulit diterima sebagai suatu gerakan artistik.
